Jumat, 22 November 2024

Sri Mulyani : Harga Komoditas Hampir Seluruh Dunia Meningkat Sangat Ekstrem

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Sri Mulyani Indrawati Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KITA. Foto : tangkapan layar

Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan menjelaskan, IMF telah menyampaikan bahwa dalam pertemuan spring atau musim semi ini, kondisi ekonomi global menghadapi tekanan baru yang sangat tidak mudah yaitu terjadinya perang di Ukraina dan tensi geopolitik yang makin meningkat. Hal ini menimbulkan suatu tekanan risiko yang makin besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia ini terlihat cukup tajam, kalau kita lihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang disampaikan IMF pada hari ini yaitu pertumbuhan direvisi dari 4,4 ke 3,6. Ini berarti revisi kedua, karena tadinya sebelum ke 4,4 juga telah terjadi revisi dari bulan Oktober ke akhir tahun atau awal Januari yang lalu,” ujar Menkeu dalam konferensi pers APBN KITA secara daring, Rabu (20/4/2022).

Menurut Sri Mulyani, perlambatan ekonomi ini menggambarkan bahwa momentum pemulihan ekonomi global mengalami tekanan yang sangat berat akibat eskalasi perang di Ukraina.

“Akibat tadi, di satu sisi adalah kondisi perekonomian itu dipengaruhi oleh eskalasi perang yang menimbulkan spillover dari sisi harga-harga komoditas. Kemudian kenaikan komoditas ini menimbulkan tekanan inflasi yang oleh IMF juga dilakukan revisi ke atas,” jelasnya.

Kata Menkeu, proyeksi inflasi di negara maju naik dari 3,9 ke 5,7 dan negara-negara berkembang inflasinya juga melonjak dari 5,9 ke 8,7.

Sri Mulyani mengatakan, dalam pertemuan dengan berbagai negara-negara emerging dan dengan IMF disampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang seharusnya diharapkan naik malah mengalami tekanan menurun, dan yang seharusnya turun malah naik yaitu inflasi yang diharapkan menurun malah justru meningkat.

“Ini kondisi terjadi di hampir semua negara yang tadi juga kita bicarakan dengan beberapa negara emerging yang ada di dalam G20,” ungkapnya.

Menurut Menkeu, kenaikan harga komoditas yang dulu terjadi karena supply distraction (gangguan pasokan) akibat pemulihan ekonomi yang tidak merata, sekarang ditambah dengan konflik atau perang yang terjadi di Ukraina telah mendorong harga-harga komoditas meningkat secara sangat ekstrem.

“Dari komoditas yang sifatnya adalah berhubungan dengan sumber daya alam mineral seperti Nikel, kemudian Vero dalam hal ini dan sampai kepada sumber energi yaitu natural gas, fuel serta minyak bumi.
Kita juga melihat dari sisi makanan, meningkat seperti CPO dan gandum serta jagung,” tegasnya.

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan ekstrem dan cepat ini menimbulkan suatu shock (goncangan) hampir di semua negara.

“Tadi yang saya bicara bilateral dengan hampir semua menteri-menteri keuangan mereka dihadapkan pada kondisi tekanan kenaikan harga energi dan harga-harga pangan,” ujar Menkeu.

“Yang kemudian menyebabkan APBN mereka juga harus merespon terutama apabila mereka membuat subsidi, subsidi nya melonjak sangat tinggi,” imbuhnya.(faz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs