Sabtu, 23 November 2024

Ecoton Desak Pemerintah dan Industri Lebih Serius Kurangi Produksi Mikroplastik

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Prigi Arisandi Pendiri sekaligus Direktur ECOTON saat melakukan susur sungai. Foto : Doc pribadi Prigi Arisandi.

Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) mendesak pemerintah untuk melakukan upaya pengurangaan kontaminasi mikroplastik di udara secara serius.

“Pemerintah harus segera menerapkan kebijakan pengurangan penggunaaan plastik sekali pakai di wilayahnya. Harus juga lebih serius mengawasi industri pencemar mikroplastik, dan tidak memperbanyak false solution technology seperti tungku terbuka di TPS melainkan lebih banyak untuk bisa membangun TPS3R dan tidak menggunakan incinerator, ” kata Prigi Arisandi Pendiri sekaligus Direktur Ecoton pada suarasurabaya.net, Minggu (17/4/2022).

Desakan serius ini dilakukan, sebab Ecoton menemukan bahwa udara di 5 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yakni Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo dan Jombang mengandung mikroplastik.

Banyaknya sampah plastik, menurut Prigi, memberikan tekanan pada kesehatan lingkungan terutama bisa menghadirkan remahan plastik yang dinamakan mikroplastik.

“Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran 100 nm sampai dengan 5 mm, ” kata dia.

Kontaminasi mikroplastik telah menjadi tantangan global termasuk di Indonesia, akibat dari pengelolaan yang tidak tepat serta jumlah sampah plastik yang terus meningkat.

“Rata-rata kandungan mikroplastik di Surabaya sebanyak 13.86 partikel per 2jam, Gresik 26.21 partikel per 2jam, Mojokerto 11.45 partikel per 2jam, Sidoarjo 218 partikel per 2jam dan Jombang 16 partikel per 2jam, ”

Sumber pencemaran mikroplastik, menurut Prigi, berasal dari pengelolaan sampah plastik yang salah seperti dibakar di incenerator, tungku hingga di lahan terbuka.

Selain itu, Prigi menambahkan, asap dari industri terutama recycle plastik turut andil memperparah banyaknya mikroplastik di udara.

Baju yang berbahan serat sintetis menurut Prigi juga menjadi penyumbang mikroplastik bahkan di tempat umum sekalipun.

Rata-rata mikroplastik yang terkandung di tempat publik sebanyak 14.04 partikel per 2jam, incenerator 10.5 partikelper 2jam, industri 225.33 partikel per 2jam, tungku terbuka 12.5 partikel per 2jam dan pembakaran terbuka 30 partikel per dua jam.

“Jenis mikroplastik yang didapatkan ada 3 jenis yakni 76 persen fiber, 17 persen filamen, dan 7 persen fragmen,” paparnya.

Prigi menjelaskan, Fiber merupakan jenis paling dominan yang biasanya berasal dari serat baju, pembakaran sampah medis seperti masker, atau bisa juga dari pembakaran sampah kain, popok dan pembalut.

“Mikroplastik yang tersebar di udara dapat terhirup dan masuk ke sistem pernafasan seperti yang telah dilaporkan baru–baru ini, dimana mikroplastik teridentifikasi di 11 paru-paru manusia sebanyak 39 partikel,” jelasnya.

Selain mikroplastik, Prigi menambahkan, bahwa zat-zat yang terkandung didalamnya akan terlepas ke lingkungan. Zat–zat tersebut dapat berpotensi berpindah ke tubuh manusia juga dan berefek ke kesehatan.

“BPA dan Phthalate berpotensi memicu kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas dan gangguan autisme,” terangnya.

Senyawa pengganggu hormon yang ditimbulkan, dapat memicu gangguan kehamilan, tiroid, berat lahir kurang, asma hingga kanker prostat

Senyawa penghambat nyala memicu penurunan IQ, gangguan hormon dan penurunan kesuburan. Sementara senyawa perflourinasi, dapat memicu kanker ginjal dan testis, menaikkan kolesterol, penurunan respon imun pada anak.

Menanggapi hal tersebut, Ecoton mendesak Pemerintah untuk segera membuat kebijakan-kebijakan penanggulangan.

Ecoton melalui Prigi juga menyampaikan, bahwa industri juga di himbau untuk benar-benar serius mengurangi produksi berbahan plastik dan menggunakan filter membrane pada corong asap, untuk mengurangi kontaminasi partikel mikroplastik di udara.

Selain itu, Prigi juga berpesan pada masyarakat agar lebih bijak dalam melakukan konsumsi, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan lebih bijak memilih bahan yang ramah lingkungan, seperti baju yang tidak berbahan serat sintetis, serta tidak membakar sampah plastik. (tha/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs