Sabtu, 23 November 2024

China dan Indonesia Genjot Kerja Sama Industri Listrik Senilai 6 Miliar Dolar

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Bengkel produksi sel baterai otomatis bebas debu di Contemporary Amperex Technology Co, Limited (CATL) di Kota Ningde, Provinsi Fujian, China Selatan. Foto: Antara

Luhut Binsar Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyepakati kerjasama dengan China untuk mendorong industri baterai kendaraan listrik dengan investasi hampir 6 miliar dolar.

Perusahaan China yang menandatangi perjanjian tersebut adalah Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd. (CBL), anak perusahaan Guangdong Brunp Recycling Technology Co., Ltd (Brunp).

Dalam perjanjian tersebut, kesepakatan yang digunakan adalah kerangka tiga pihak dengan dua di antaranya dari Indonesia yakni dari pihak PT. Aneka Tambang (ANTAM) dan PT. Industri Baterai Indonesia (IBI).

“Perjanjian kerangka kerja yang kami sepakati ini sangat penting bagi Indonesia karena kami berupaya membangun ekosistem kendaraan listrik,” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (15/4/2022) mengutip Antara.

Kerja sama ini mencakup Proyek Integrasi Baterai Kendaraan Listrik Indonesia, yang meliputi penambangan dan pengolahan nikel, bahan baterai kendaraan listrik, manufaktur baterai kendaraan listrik, dan daur ulang baterai.

“Saya yakin dengan upaya bersama dari semua pihak, proyek ini akan berhasil dilaksanakan,” imbuh Luhut.

Sebagai informasi, Brunp juga merupakan anak perusahaan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia yang menawarkan produknya kepada serangkaian merek mobil terkemuka termasuk BMW, Volkswagen dan Tesla.

Sedangkan ANTAM adalah anggota MIND ID, perusahaan tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian IBI atau Industri Baterai Indonesia merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang baterai dan ekosistem kendaraan listrik, yang juga anak perusahaan MIND ID dan ANTAM.

Dengan total investasi gabungan senilai 5,96 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.359), proyek ini berlokasi di Kawasan Industri FHT di Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, dan juga sejumlah lokasi lainnya di Indonesia.

Robin Zeng Pendiri sekaligus Kepala CATL optimis bahwa proyek itu diyakini akan lebih meningkatkan jejak CATL dalam industri baterai, memastikan pasokan bahan baku dan sumber daya hulu, memangkas biaya produksi, dan mendorong pengembangan bisnis daur ulang baterai.

“Proyek Indonesia ini merupakan tonggak penting bagi CATL saat kami memperluas jejak global kami, dan ini akan menjadi lambang persahabatan abadi antara China dan Indonesia,” tutur Robin Zeng, pendiri sekaligus kepala CATL.

Selain itu dirinya juga berharap mampu meningkatkan daya saing dan kedudukan Indonesia di dalam ekosistem kendaraan listrik yang punya prospek pengembangan cemerlang di masa depan.

“Kami sepenuhnya percaya diri dalam pengembangan proyek ini di masa mendatang,” pungkas Robin Zeng.(ant/wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs