Sabtu, 23 November 2024

Pentaskan DOR, Teater Api Ramaikan Festival Putu Wijaya

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara adegan lakon DOR saat dimainkan Teater Api Indonesia di Malang. Foto: Istimewa

Lakon DOR karya Putu Wijaya dijadwalkan bakal dimainkan kelompok Teater Api Indonesia asal Surabaya, Rabu (28/11/2018) di Kota Tasikmalaya memeriahkan Festival Putu Wijaya.

Luhur Kayungga Sutradara Teater Api Indonesia, saat dikonfirmasi suarasurabaya.net, Senin (26/11/2018) membenarkan bahwa bersama dengan sejumlah pemain akan tampil di Tasikmalaya.

“Ini sebuah kehormatan bagi kami, Teater Api Indonesia untuk bisa tampil di Tasikmalaya, di Festival Putu Wijaya. Kami akan menampilkan lakon DOR yang ditulis oleh Putu Wijaya. Ini kehormataan bagi kami,” terang Luhur Kayungga.

Sebelum tampil atau pentas di Festival Putu Wijaya di Kota Tasikmalaya, lakon DOR sudah dipentaskan Teater Api Indonesia di Universitas Islam Malang. Sambutan penonton saat itu cukup antusias.

“Namun demikian kami terus berlatih dan menambah porsi latihan untuk persiapan pementasan di Festival Putu Wijaya. Karena seperti yang kami sampaikan bahwa sebuah kehormatan bagi kami bisa tampil di Festival Putu Wijaya. Dan kami tidak akan mengecewakan penonton tentunya,” ujar Luhur.

Naskah DOR bercerita tentang Hukum dan Keadilan, yang melibatkan sosok Hakim sebagai penegak keadilan yang justru mengalami kesulitan menegakkan hukum atas sebuah kasus pembunuhan.

Ketika harus memutuskan menghukum seseorang, justru sang hakim mendapat banyak tekanan. Berawal dari peristiwa matinya seorang perempuan karena dibunuh laki-laki yang ternyata anak gubernur, lakon DOR dimulai.

Sang Hakim tak kuasa menghadapi tekanan-tekanan yang muncul kala akan memutuskan apakah pelaku pembunuhan yang nota bene anak gubernur itu harus dijatuhi hukuman atau tidak.

Tekanan demi tekanan itu justru semakin membuat Hakim menderita. Padahal keputusan harus segera diambil atas nama hukum dan keadilan. Akhirnya, pelaku pembunuhan atau si anak gubernur itu di DOR hingga mati.

Mayatnya digantung oleh orang-orang yang tidak puas dengan praktek penegakan keadilan. Dan puncaknya, sang ayah yang tidak lain adalah gubernur men-DOR si Hakim. Maka jadilah kebenaran adalah DOR.

“Lakon ini sangat menarik bagi kami. Dan kebetulan juga kami diundang pada Festival Putu Wijaya 2018, maka klop sudah untuk kami pentaskan karena naskah drama DOR juga karya dari Putu Wijaya,” tambah Luhur.

Festival Putu Wijaya, digelar di Tasikmalaya, Jawa Barat dengan menghadirkan berbagai jenis kesenian. Selain pementasan teater, ditampilkan juga sarasehan serta workshop, dan festival ini bakal berakhir pada Selasa (4/12/2018).(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs