Kudapan atau jajanan yang dijajakan di sepanjang Jalan Pacuan Kuda Surabaya, bisa jadi salah satu inspirasi berbuka puasa warga Kota Pahlawan.
Beragam kuliner mulai dari makanan berat, sampai aneka sajian minuman dan beragam jenis camilan bisa dijumpai di sini.
“Ini kalau pagi jadi pasar, tapi kalau malem ya penuh pedagang begini. Apalagi bulan puasa, makin macet,” kata Irawan salah seorang penjual pukis di Jalan Pacuan Kuda pada suarasurabaya.net, Rabu (6/4/2022).
Ruas jalan yang setiap pagi difungsikan sebagai pasar tradisional ini, ketika sore dan malam berubah menjadi wisata kuliner dengan dipenuhi barisan rombong milik para pedagang makanan.
Beragam varian mulai dari kolak, seblak, pukis, aneka gorengan, cilok, lumpia, olahan seafood, serta aneka jus, hampir semua bisa ditemukan di sepanjang jalan ini.
Tapi karena kondisi jalan yang tidak terlalu luas, bagi pengunjung yang ingin menikmati menu takjil di sepanjang jalan ini harus siap menghadapi kemacetan.
Sementara itu saat ditanya asal usul nama Pacuan Kuda, Irawan dan beberapa pembeli pukis mengaku tidak tahu alasannya.
“Waduh, nggak tau ya. Pokoknya dari dulu orang nyebutnya ya Jalan Pacuan Kuda,” katanya.
Sementara itu, menurut Nur Satriawan Sejarawan Surabaya, kawasan tersebut pada zaman dahulu memang sempat berfungsi sebagai arena pacuan kuda pada era awal abad 20.
Tempat di mana bangsawan Eropa melaksanakan perlombaan berkuda saat alat transportasi belum secanggih hari ini.
Bukti sejarah gambar Jalan Pacuan Kuda tempo dulu bisa di akses dalam buku berjudul ‘Van Draversport tot AEV’ atau dalam bahasa Indonesia ‘Dari olahraga ke AEV trotter’.
Meski demikian, Jalan Pacuan Kuda Surabaya sudah berubah wajah pada masa ini. Jalan itu, dipenuhi kendaraan mesin beroda dan penjual makanan.(tha/bil/ipg)