Sabtu, 23 November 2024

Ini Langkah Pemkot Atasi Banjir di Surabaya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Banjir di Simorejo Surabaya pada Minggu (3/4/2022). Foto: Budi Santoso via WA SS

Lilik Arijanto Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya mengatakan Pemkot Surabaya sudah menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi terjadinya banjir.

Langkah tersebut di antaranya berkoordinasi dengan pengembang dan pengusaha terkait kolam tampung, berkoordinasi dengan PDAM dan melakukan rekayasa saluran air.

Lilik menjelaskan, koordinasi dengan pengembang dan pengusaha di Surabaya dilakukan untuk memaksimalkan kolam tampung di wilayah mereka untuk daerah resapan air. Ini karena kondisi Surabaya yang dipengaruhi muka air laut, sehingga kapasitas saluran air tidak bisa digunakan maksimal ketika laut pasang. Secara otomatis penanganan banjir menggunakan sinergi antara kolam tampung dan pompa air.

“Kolam tampung bagi mereka hanya sebagai bangunan yang disediakan untuk ruang yang sebesar kolam tampung tapi pemanfaatannya tidak seperti kolam tampung. Kolam tampung sebenarnya esensinya ketika hujan dalam posisi kosong, setelah penuh baru mengalir keluar. Selama ini yang terjadi kolam tampung ketika hujan datang langsung terbuang keluar. Kita berusaha mengkoordinasikan untuk menghidupkan kembali dan memaksimalkan itu,” kata Lilik saat talkshow di Radio Suara Surabaya, Rabu (6/4/2022).

Dia pun mengaku sudah duduk bersama dengan pengembang di BDH, Graha Family dan Dian Istana untuk pemaksimalam kolam tampung dalam rangka pengentasan banjir di wilayah Wiyung.

Dia juga mengaku telah berkoordinasi dengan PDAM sejak bulan Januari lalu untuk penurunan elevasi di DAM Jagir agar ketinggian air di wilayah hulu bisa ikut turun.

“Per Januari kami sudah pendekatan ke PDAM. Akhirnya dari 3, dua intake-nya yang tingginya 3,2 meter jadi 2,6 meter. Sementara yang satu turun di 2,8 meter. Sekarang kalau hujan kami bisa koordinasi dengan teman-teman menurunkan pintu air Jagir. Kami masih minta apakah yang 2,8 itu gak bisa turun lagi. Nurunkan 40 cm itu lumayan, turun ke hulunya bisa 40 cm,” jelasnya.

Bukan hanya terkait penurunan elevasi di DAM Jagir, koordinasi dengan PDAM dilakukan terkait tampungan air di Sungai Kalimas.

“Kalimas sekarang sudah bisa digunakan sebagai tampungan yang cukup besar. Dulu sebelum ada Rumah Pompa Petekan dia langsung terhubung dengan laut, kalau pasang air naik kalau surut turun. Sekarang kita bisa mengatur ketinggian Kalimas. Kalimas dari ketinggian DAM Jagir sampai Petekan dalam waktu hanya satu jam bisa kita kosongkan, itu tampungan cukup besar untuk wilayah pusat Kota Surabaya,” ujarnya.

Sementara untuk rekayasa saluran air Lilik menjelaskan dilakukan dengan membalikkan arah aliran air, untuk mengurangi beban di saluran suplai mengingat saluran air di Surabaya yang panjang dan landai.

“Umpama panjang aliran 10 kilometer, yang 3 kilometer kita buang ke arah lain,” terangnya.

Lilik mencontohkan salah satu rekayasa saluran air dilakukan di wilayah Jalan Semarang, Jalan Pawiyatan, dan Jalan Penghela yang membuang air ke rumah pompa Dupak.

“Rumah pompa Dupak ke Bozem Monokrembangan jaraknya hampir 5 kilo dan melewati rumah padat penduduk. Sehingga ketika hujan datang, kapasitas tampungan untuk membuang aliran menuju pompa Dupak kurang bisa terjangkau sehingga meluber ke jalan. Padahal kalau Sungai Kalimas kosong, jarak jalan Semarang ke Kalimas tidak sampai 500 meter. Makanya arah alirannya mau kita balik mulai tahun ini. Kami berharap ada percepatan anggaran PAK untuk merubah aliran ke Kalimas,” pungkasnya.

Selain membalikkan arah aliran air, Pemkot juga rutin melakukan penyudetan, atau membuang air di saluran lain yang masih kosong.

Pihaknya menambahkan selalu rutin mengecek saluran primer yang belum terhubung di antaranya di Avur Wonorejo, Kalibokor, Kebon Agung, Greges dan beberapa tempat lainnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs