Sabtu, 23 November 2024

Pemilik Stan Keluhkan Fasilitas Pasar Turi Baru, Ini Jawaban Pengelola

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Pasar Turi Baru pada Selasa (22/3/2022) Foto: Tim Redaksi suarasurabaya.net

Sejak diresmikan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 30 Maret 2022 lalu, sejumlah pedagang Pasar Turi Baru sudah mulai aktivitas perniagaan di sana.

Seminggu beroperasi, keluhan terkait infrastruktur muncul dari unsur pedagang.

Hariono pedagang mesin jahit di blok LQ Pasar Turi Baru mengeluhkan setidaknya tiga hal yang dialaminya yaitu AC tidak menyala merata, aliran air di toilet dan service charge yang tinggi.

Bahkan di blok tempat dia berdagang, pendingin ruangannya tidak ada yang menyala.

Lalu untuk aliran air di toilet ia menilai itu terlalu kecil.

“Kalau pengunjung sama pemilik stan mau buang air kecil, repot. Kalau aliran air nggak lancar lama-lama kumuh,” ujarnya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (5/4/2022).

Sementara terkait biaya servis yang dibebankan pengelola Pasar Turi Baru, ia merasa itu terlalu mahal kalau dibandingkan dengan di PGS (Pusat Grosir Surabaya).

“Saya lihat di PGS itu yang sudah berjalan lancar (operasionalnya) per stan dikenai charge Rp750 ribu, sedangkan Pasar Turi yang baru buka sudah mulai mengenakan charge stan Rp920 ribu per bulan. Paling tidak service charge di bawahnya atau sama dengan PGS,” kata Hariono.

Service charge ini belum termasuk biaya yang dikeluarkan pedagang kalau ingin menambah daya listrik di stan mereka. Satu stan, kata Hariono, dijatah antara 150-200 watt dan itu terasa terlalu kecil.

“Daya kita sangat kecil, satu stan dijatah 150-200 watt, kalau mau jadikan ke 300 watt nambah, bayar lagi. Biaya service charge perbulan bukan lagi Rp920 ribu kalau watt listrik tambah besar, kita tambah besar biayanya,” keluhnya.

Menanggapi keluhan ini, Teddy Supriyadi GM Pasar Turi Baru mengatakan belum maksimalnya pelayanan di tempat yang dikelolanya karena belum semua stan beroperasional penuh dan masih ada perbaikan. Seperti toilet dan musala yang konsep pembangunan awalnya ada di setiap lantai.

“Kami belum buka saat ini semuat toilet di semua lantai. Kami fungsikan dua toilet di blok D dan C, sementara di blok A dan B kami selesaikan finishing perbaikan. Kondisinya belum sempurna tapi menurut kami sudah bisa digunakan mengingat waktu kami melakukan renovasi cukup mepet. Sementara musala belum buka semua lantai karena persebaran pedagang belum merata sehingga kami fungsikan di beberapa titik yaitu di lantai LG, 1 dan 6. InsyaAllah masjid kami yang ada di lantai 9 setelah Ramadan kami fungsikan,” kata Teddy saat dikonfirmasi Radio Suara Surabaya, Selasa.

Perbaikan juga dilakukan di lantai, lift, eskalator dan pengecatan fasad.

“Gedung Pasar Turi sudah dibangun 2014 lalu, hampir 10 tahun gak beroperasi banyak yang harus kami selesaikan terutama perbaikan dan renovasi di dalam gedung. Masih banyak yang harus diselesaikan tapi tidak mengurangi keinginan untuk segera meresmikan Pasar Turi menginjak momen Ramadan,” terangnya.

Sementara untuk pedagang, Teddy menjelaskan, saat ini sudah ada sekitar 300 pedagang yang tersebar di 6 lantai. Karena presentasi yang masih kecil inilah yang membuat Pasar Turi Baru tampak sepi.

Dia menjelaskan, PTB terdiri dari sembilan lantai di mana 3 dari 9 lantai tersebut digunakan untuk fasilitas parkir yang mampu menampung sekitar 6.000 kendaraan. Sementara area komersial  terletak di lantai LG, G, 1, 2, 3 dan 4.

Saat ini, kata Teddy, stan yang paling penuh ada di lantai 1 blok D yang kebanyakan diisi oleh pedagang eks penampungan sementara.

“Yang paling penuh di lantai 1 blok D zona baju TNI. Itu yang paling ramai saat ini karena begitu relokasi mereka langsung buka,” pungkasnya.

Lalu terkait biaya sewa, Teddy mengatakan harga saat ini yaitu Rp30 juta pertahun. Dia menargetkan harga ini akan naik dengan sistem katrol hingga mencapai Rp50-60 juta per tahunnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs