Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia (BI) optimistis kinerja perekonomian Indonesia tahun 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan masih berlanjut.
Di tengah perkembangan ekonomi global yang sedang tidak kondusif, menurutnya prospek pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini bisa mencapai 5,1 persen.
“Pertumbuhan ekonomi yang sampai akhir tahun nanti saya perkirakan mencapai sekitar 5,1 persen. Stabilitas terjaga dan momentum pertumbuhan berlanjut,” ujar Perry dalam paparannya di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 (PTBI 2018) dengan tema Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan, Selasa (27/11/2018), di Jakarta Convention Center.
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 akan meningkat di tahun 2019. Hal itu ditopang oleh kuatnya permintaan domestik yang tumbuh sekitar 5,5 persen, baik dari sektor investasi mau pun konsumsi.
Sementara itu, Gubernur BI yakin inflasi yang rendah sekitar 3,2 persen akan tetap terkendali sesuai sasaran yaitu 3,5 plus minus satu persen, pada tahun 2019, dan mendukung daya beli masyarakat.
“Rendahnya inflasi didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, minimnya tekanan permintaan, dan terbatasnya dampak depresiasi rupiah. Terkendalinya inflasi merupakan hasil nyata koordinasi yang erat antara BI dan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di pusat mau pun daerah,” kata Perry.
Walau mendapat tekanan, menurut Perry, depresiasi nilai tukar Rupiah relatif terjaga. Bahkan, akhir-akhir ini menguat.
“Tahun 2019, kami perkirakan Rupiah akan bergerak stabil sesuai mekanisme pasar. Stabilitas Rupiah ditopang penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih aman,” paparnya.
Stabilitas nilai tukar Rupiah, lanjut Gubernur BI, juga didukung posisi cadangan devisa yang cukup tinggi, sekitar 115,2 miliar Dollar AS pada akhir Oktober 2018.
Lebih lanjut, Perry Warjiyo menyebut perbaikan kinerja perekonomian Indonesia juga disertai upaya penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang aman.
Tetapi, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 masih relatif tinggi sejalan dengan menguatnya permintaan domestik, yang tercatat senilai 8,8 miliar Dollar AS.
Defisit itu lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya kisaran 4,8 miliar Dollar AS.
“Kenaikan defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan impor yang berkaitan dengan proyek infrastruktur pemerintah yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas perekonomian ke depannya,” ujarnya kembali.
Sementara itu, surplus neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2018 terbilang cukup tinggi, 4,2 miliar dollar AS, karena didukung peningkatan aliran masuk investasi asing ke Indonesia.
Secara keseluruhan, lanjut Perry, tahun 2018, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap berada di level aman di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto. (rid/dim/ipg)