Orang tua ternyata perlu menantang anak mengerjakan tugas atau tanggung jawabnya agar sisi eksploratif dan kemandirian si kecil bisa terasah dengan optimal.
Seiring dengan pertumbuhan anak, rasa ingin tahu mereka terhadap segala sesuatu di sekitarnya pun semakin meningkat. Main kotor-kotoran, bermain hujan, merupakan bentuk eksplorasi si Kecil untuk mengenali lingkungan sekitarnya.
Sayangnya masih banyak orang tua bertindak sebaliknya dengan melarang atau menghentikan aktivitas tersebut.
Bahkan, tidak jarang ketika anak memiliki tugas atau tanggung jawab yang perlu dikerjakannya, orang tua menjadi tidak sabar lalu akhirnya secara tidak sadar ikut terlibat mengerjakan tugas si Kecil yang akhirnya membuat anak ketergantungan.
“Kita harus bisa mengajarkan kepada anak- anak kita bahwa sebenarnya mereka itu harus bisa melakukan sesuatu sendiri. Itu cara mengajarkan kemandirian pada anak kita,” kata Ajeng Raviando Psikolog Universitas Indonesia (UI) melansir Antara, Sabtu (26/3/2022).
Ajeng mencontohkan misalnya ketika anak membuat pekerjaan rumah dan meminta orang tuanya membantu mengerjakan, maka orang tua bisa meminta anak mengerjakan terlebih dahulu beberapa soal yang menurutnya bisa dikerjakan sendiri.
Orang tua bisa memberikan stimulus kata yang mendukung anak bahwa ia mampu mengerjakan tugasnya sendiri tanpa orang tua harus langsung turun tangan dari awal pengerjaan tugas sekolahnya.
Orang tua tetap bisa membantu anak ketika anak sudah mencoba, tapi tidak dapat menemukan solusinya.
Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua disaat pandemi. Aktivitas sekolah yang belum berjalan normal membuat waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah. Para orang tua sudah sibuk dengan usaha-usaha yang harus dilakukan lebih keras untuk bertahan di masa pandemi.
“Kerap kali orang tua itu enggak sabar, akhirnya yang ngerjain PR anaknya ya mamanya dan bukan anaknya. Jadi, coba mulai terapkan hal seperti ini agar anak punya kemandirian buat mengerjakan tugasnya sendiri,” ungkap Ajeng.
Terasahnya sisi eksploratif bagi anak, berperan mendukung anak mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran terbaik dari rasa ingin tahunya, membantu anak mengenal hal- hal baru yang sebelumnya tidak diketahui hingga dapat mendorong anak untuk lebih kreatif dalam mencari solusi.
“Tentunya, dengan sikap-sikap tersebut anak bisa mandiri di lingkungan yang lebih luas dan memiliki bekal saat harus berhadapan dengan masalah tanpa perlu didampingi orang tua. Hal ini sangat penting dalam membentuk kemandirian anak saat dewasa nanti,” imbuhnya.
Stimulasi, lanjut Ajeng, sebenarnya sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak dan bisa diwujudkan dalam bentuk eksplorasi. Namun, bila eksplorasi atau aktivitas anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya dilarang atau dihentikan, maka bisa membuat anak menjadi takut.
“Jika anak terus-menerus mengalami penolakan, dampaknya bisa berimbas pada kepribadiannya di masa mendatang,” pungkasnya.(ant/tha/rid)