Arief Wisnu Cahyono Direktur Utama PDAM Surya Sembada mengatakan, faktor yang mempengaruhi kualitas air bersih yang sampai ke pelanggan adalah banyaknya limbah pencemar air baku dan kondisi pipa distribusi.
“Kami mengolah air baku 11.500 kubik per detik dengan kualitas air baku yang pencemaran limbah domestiknya cukup tinggi,” kata Arief dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya pada Hari Air Sedunia, Selasa pagi (22/3/2022).
Dia mencontohkan jika jumlah bakteri Escherichia coli (E. coli) di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karangpilang sebanyak 55 ribu per 100 mm, begitu sampai di IPAM Ngagel sudah meningkat 10 sampai 11 kali lipat. Umumnya E. coli berasal dari limbah domestik sebab tidak banyak industri dari IPAM Karangpilang ke Ngagel.
“Semua air dari jaringan pembuangan limbah domestik bermuara di Sungai Brantas. Sementara selama ini PDAM Surya Sembada membeli air baku ke Perum Jasa Tirta yang sumbernya dari Sungai Brantas. Sebanyak 93 persen dari Brantas, sisanya dari Umbulan. Volume air dari Umbulan sejak zaman Belanda hanya 330 liter per detik. Pada Juli 2022 baru akan kita naikkan dari 400-500 liter per detik menjadi 750 liter per detik,” kata dia
Arief melanjutkan, karena posisi pipa air dari Umbulan berada di sebelah barat, saat ini PDAM Surya Sembada mencampur air dari Umbulan dengan air bersih dari IPAM Karangpilang dan dialirkan untuk pelanggan di Surabaya barat, tidak spesifik ke kelompok pelanggan tertentu.
“Sebenarnya tanggung jawab kualitas air baku adalah tanggung jawab kita semua. Beberapa kota seperti Medan, Bandung, Jakarta, Surakarta, dan Denpasar pengolahan limbah domestik diserahkan pada PDAM. Namun di Surabaya masih pengolahan limbah komunal. Masyarakat tidak biasa membayar limbah yang mereka buang. Selain itu peraturan daerah terkait pengolahan limbah oleh PDAM juga belum turun”.
Sementara itu, untuk kondisi pipa distribusi, kata Arief, pipa PDAM yang terbentang di Kota Surabaya mencapai 6.000 kilometer atau hampir sama dengan jarak Sabang ke Merauke. “Kualitas air yang sampai ke rumah pelanggan tidak bisa sama persis dengan yang di IPAM,” kata dia.
Lebih dari 50 persen pipa distribusi air bersih di Kota Surabaya sudah berusia di atas 30 tahun. Bahkan ada pipa diameter 70-75 mm sepanjang 150 kilometer yang usianya di atas 50 tahun, terutama yang ada di kawasan padat penduduk.
“Kebocoran kami masih cukup besar. Kurang lebih 30 persen air yang disalurkan ke pelanggan terkontaminasi lingkungan sekitar yang masuk ke pipa. Solusinya setiap tahun diadakan rehab pipa. Tahun ini sampai dua tahun ke depan kami secara signifikan melakukan rehab pipa 150 kilometer. Sekitar bulan Agustus akan dimulai. Tahun ini 50 kilometer, tahun depan 100 kilometer,” ujarnya.
Menurut Arief, perlu waktu 40 tahun untuk mengganti total 6.000 kilometer pipa distribusi air bersih di Kota Surabaya, dengan biaya keseluruhan mencapai Rp3 triliun.
Berdasarkan data PDAM Surya Sembada, warga Kota Surabaya cukup berlebihan memakai air. Setiap orang rata-rata menggunakan 190 liter air bersih per hari. Lebih tinggi dari standar Kementerian PUPR yang hanya 140 liter per orang per hari.
“Harga air di Surabaya termurah dari pada kota-kota penyangga seperti Sidoarjo, Gresik, dan Malang. Sampai 2023 kami fokus melayani warga Surabaya selama 24 jam nonstop dengan tekanan air bersih sampai dua meter kolom air,” kata Arief.
Terkait penyediaan air siap minum di taman-taman di Kota Surabaya, perilaku masyarakat jadi kendalanya. Masyarakat Indonesia belum terbiasa membawa membawa botol air. Air yang sudah diproses agar siap minum di Surabaya malah dipakai masyarakat untuk cuci muka, tangan, dan kaki.
Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret. Tema tahun ini mengenai air tanah. Membuat yang tidak terlihat jadi terlihat. Bagaimana membuat masyarakat dunia lebih peduli dengan air tanah. (iss)