Para perajin tempe di Kampung Tempe Sukomanunggal Surabaya mendapatkan bantuan alat produksi dari Puan Maharani Ketua DPR RI.
Bantuan tersebut berupa 15 tungku, lima alat pemecah kacang dan beras yang diserahkan oleh Puti Guntur Soekarno Anggota DPR RI bersama Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya.
Seusai menyerahkan bantuan, Puti Guntur Soekarno mengatakan bahwa pada saat reses kali ini, ia datang langsung ke Kampung Tempe di Sukomanunggal untuk meneruskan kunjungan Ketua DPR RI beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah saya didampingi Pak Wali Kota bisa hadir di sini untuk memberikan bantuan. Ini ada 15 tungku dan alat pemecah kacang serta beras. Tentunya mereka sangat membutuhkan ini untuk bisa meningkatkan hasil produksi tempenya,” kata Puti, Jumat (11/3/2022).
Setelah produksi mereka meningkat, ia juga berharap Pemkot Surabaya terus melakukan pendampingan terhadap para pelaku UMKM di Surabaya, khususnya para perajin tempe di Sukomanunggal. Tujuannya, untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas tempe mereka, termasuk juga pemasarannya.
“Artinya, saya berharap ke depan tempe mereka tidak hanya bisa dijual di pasar tradisional, tapi juga bisa masuk ke toko ritel seperti supermarket-supermarket di Surabaya, sehingga Surabaya ini punya ikon penghasil tempe. Nah, ketika warga Surabaya dan luar Surabaya mau mencari tempe, ya produksi tempe terbaik di Kampung Tempe Sukomanunggal ini,” katanya.
Selain itu, ia juga berharap para perajin tempe ini terus berinovasi dalam memproduksi tempenya. Bahkan, ia berharap nanti ke depannya mereka berinovasi membuat jenis makanan baru yang berasal dari produksi tempe itu sendiri. “Jadi, tidak hanya memproduksi jenis tempe yang tradisional saja, harus terus berinovasi,” tegasnya.
Sementara itu, Eri Cahyadi menyampaikan terimakasih kepada Puan Maharani dan juga Puti Guntur Soekarno yang telah memberikan bantuan alat produksi ini kepada warga Surabaya.
Makanya, tugas Pemkot Surabaya ke depannya adalah terus memberikan pendampingan dan memastikan pemasaran tempe mereka itu.
“Jadi, pemerintah itu tidak boleh hanya melatih dan memberikan bantuan alat saja, tapi tidak memikirkan pemasarannya. Maka tugas saya hari ini adalah bagaimana memasarkan produk mereka, sehingga ini bisa mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Surabaya,” katanya.
Menurutnya, saat ini tidak boleh hanya mengandalkan kerja di tempat A dan daftar di tempat B, tapi pemkot ke depannya akan terus mendorong warga untuk menjadi entrepreneur yang bisa bergerak dan bekerja menajdi pahlawan ekonomi, sehingga bisa menarik tenaga kerja dari usahanya tersebut. “Nah, tugas pemerintah adalah menjadi fasilitatornya,” ujarnya.
Oleh karena itu, ke depan apabila ada toko modern atau toko-toko lainnya menjual dan membutuh tempe, maka tugas Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopdag) Kota Surabaya untuk memastikan bahwa tempe yang dibutuhkan itu harus berasal dan mengambil dari Kampung Tempe ini. Bahkan, kalau pun nanti jumlah kebutuhannya sangat besar, pemkot juga akan membentuk kampung-kampung tempe lainnya di Surabaya.
Selain itu, produksi tempe dari Kampung Tempe Sukomanunggal itu akan dimasukkan ke dalam aplikasi e-Peken yang transaksinya sudah tembus Rp5 miliar dalam sebulan. Bahkan, ia masih menargetkan traksaksi di e-Peken itu bisa tembus Rp 10-17 miliar ke depannya.
“Oleh karena itu, kita harus bersama-sama dan bergotong-royong serta harus kekeluargaan untuk bisa mewujudkan itu. Tanpa gotong-royong dan kalau kita merasa hebat dan sempurna, hal itu tidak akan bisa terwujud,” imbuhnya.
Ke depan, ia memastikan akan selalu fokus membantu UMKM di Kota Surabaya. Bahkan, apabila ada kelangkaan, baik tempe maupun minyak goreng dan barang lainnya, pemkot akan langsung turun memberikan intervensi.(man/dfn/faz)