McDonald’s Corp dan Yum Brands Inc, perusahaan induk rantai ayam goreng KFC, segera menyusul langkah banyak perusahaan yang mulai menarik bisnis mereka keluar dari Rusia di tengah sanksi dan kemarahan atas invasi Ukraina.
McDonald’s Corp mengatakan pada Selasa (8/3/2022) bahwa mereka akan menutup sementara semua 847 restorannya di Rusia termasuk di lokasi Pushkin Square yang ikonik, sehingga meningkatkan tekanan pada merek global lainnya untuk menghentikan operasi di Rusia, setelah invasi Moskow ke Ukraina.
Penutupan restoran McDonald’s juga akan membawa kepentingan simbolis di Rusia, di mana lokasi pertama yang dibuka, di pusat kota Moskow pada tahun 1990, menjadi simbol kapitalisme Amerika yang berkembang saat Uni Soviet jatuh.
McDonald’s mengatakan akan terus membayar gaji kepada 62.000 karyawannya di Rusia. Karena ukurannya yang besar dan jangkauan globalnya, rantai tersebut sering ditiru oleh merek lain jika mengambil sikap terhadap suatu masalah atau membuat perubahan operasional yang besar.
“Tidak mungkin untuk memprediksi kapan kami dapat membuka kembali restoran kami di Rusia,” kata CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, dalam sebuah catatan yang dikirim melalui surel ke seluruh perusahaan pada Selasa (8/3/2022) dan diposting di situs web perusahaan. “Kami mengalami gangguan pada rantai pasokan kami bersama dengan dampak operasional lainnya. Kami juga akan memantau situasi kemanusiaan dengan cermat.”
Dari hampir 850 lokasi McDonald’s Rusia, 84 persen dimiliki oleh perusahaan. Sisanya sebagian besar dioperasikan oleh franchisee Rosinter Restaurants Holding yang berbasis di Moskow.
Sementara, Yum Brands Inc, perusahaan induk rantai ayam goreng KFC, mengatakan pihaknya menghentikan investasi di Rusia, pasar utama yang membantu merek tersebut mencapai rekor pengembangan tahun lalu.
Yum juga mengatakan pihaknya menangguhkan operasi 70 restoran KFC milik perusahaan di negara itu dan menyelesaikan kesepakatan untuk menangguhkan semua operasi restoran Pizza Hut di Rusia, dalam kemitraan dengan pemegang waralaba utama.
Yum, yang memiliki setidaknya 1.000 lokasi KFC dan 50 Pizza Hut di Rusia yang hampir semuanya merupakan pemegang waralaba independen, mengatakan dalam sebuah posting di situs webnya tertanggal Senin (7/3/2022) bahwa pihaknya telah “menangguhkan semua investasi dan pengembangan restoran di Rusia sementara kami terus menilai opsi tambahan.”
Restoran-restoran tersebut dimiliki dan dioperasikan secara independen melalui perjanjian waralaba, yang berarti Yum tidak memiliki kendali sebanyak jika menjalankannya sendiri, tetapi juga memiliki risiko keuangan dan operasional yang lebih sedikit.
Rantai makanan cepat saji lainnya di Rusia seperti Burger King dari Restaurant Brands International, Subway, Papa John’s International Inc, Starbucks Corp dan Domino’s Pizza Inc, diperkirakan lebih sulit menarik bisnisnya keluar dari Rusia. Sebab, perusahaan di Rusia hampir seluruhnya dijalankan oleh operator independen dan tunduk pada perjanjian waralaba internasional yang rumit.
Misalnya, pemilik Burger King, Restaurant Brands, pada Selasa (8/3/2022) mengatakan kepada Reuters bahwa karena Burger King “adalah bisnis yang berdiri sendiri yang dimiliki dan dioperasikan oleh pewaralaba di Rusia,” perusahaan tersebut memiliki “perjanjian hukum lama yang tidak mudah diubah di masa depan yang bisa diduga.”
Beberapa waralaba makanan cepat saji dengan lokasi di Rusia bahkan tidak berbasis di Rusia, seperti DP Eurasia yang berbasis di Belanda, yang menjalankan restoran Domino di Rusia, serta di Turki, Azerbaijan, dan Georgia.
“Ini sering kali merupakan perjanjian yang panjang, rumit, dan banyak dinegosiasikan. Setiap perjanjian bisa berbeda dari yang lain,” kata Larry Weinberg, yang memimpin praktik waralaba di firma hukum Cassels Brock & Blackwell LLP.(ant/iss/rst)