Memperingati Dies Natalis ke 64 tahun Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jumat (30/11/2018) malam digelar seni drama dan tari (sendratari) lakon Maharaja Airlangga di gedung Cak Durasim Kompleks Taman Budaya Jawa Timur.
Naskah lakon ditulis Setyaji dan disutradarai Heri Prasetyo ini terbagi dalam 3 babak besar, yang dimainkan oleh sekurangnya 75 orang penari dengan iringan gamelan oleh para pengrawit Baladewa.
Di babak pertama, dikisahkan Sang Garudea sedang mencari Tirta Amerta yang ada ditangan Dewa Wisnu di kahyangan. Sang Garudea ingin membebaskan Winata sang Ibu dari perbudakan Dewi Kadru.
Sang Garudea merelakan dirinya jadi kendaraan Dewa Wisnu untuk selamanya, seperti pada logo Unair yang dimaknai bahwa nilai keahlian, kedigdayaan yang dikendalikan ilmu pengetahuan memberikan manfaat kedamaian semesta.
Di babak kedua, berkisah tentang perjalanan Airlangga putera Raja Udayana dari pernikahan politik Jawa Bali dengan Dewi Sekar Galuh Kedaton putri Raja Darmawangsa.
Dimana saat pernikahan dihelat diserang Raja Wura Wari yang kemudian digambarkan pelarian Airlangga berguru di lereng gunung Penanggungan. Kemudian dengan kesaktiannya, ia menaklukkan Raja Wura Wari.
Dari kemenangan itu, dibangunkan Kerajaan Kahuripan yang diharapkan kala itu mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
“Karena ini adalah sendratari, maka yang kemudian dimunculkan adalah penggambaran-penggambaran,” terang Heri Prasetyo.
Di babak akhir atau ketiga, bercerita tentang Airlangga yang sedang membangun bendungan Wringin Sapta, agar Sungai Brantas dapat dipakai sebagai sarana irigasi bagi rakyat.
Tidak hanya itu, tetapi diharapkan dari bendungan tersebut dapat menghantarkan perahu-perahu dari berbagai negara dan penjuru untuk saling bertukar ilmu pengetahuan demi memajukan dunia.
Sendratari Maharaja Airlangga ini melibatkan sejumlah pemain dari beberapa komunitas diantaranya Komunitas Jatiswara Indonesia Surabaya, Sanggar Pedalangan Baladewa Surabaya, serta UKM Seni Fakultas Ilmu Budaya Unair Surabaya.
“Persiapan sejak beberapa waktu memang sudah kami lakukan, termasuk membacakan kisah Airlangga kepada para pemain agar memahami bagaimana sebenarnya perjalanan dan kisah sang Airlangga dan Sang Garudea,” pungkas Heri Prasetyo sesaat sebelum pementasan, Jumat (30/11/2018).(tok/ipg)