Indonesia mengusung tiga fokus agenda dalam Presidensi G20. Wempi Saputra Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan menjelaskan tiga agenda tersebut adalah arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi yang berkelanjutan.
Kata Wempi, dalam jalur keuangan yang dipimpin oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, Presidensi G20 Indonesia akan membawakan enam agenda prioritas, yakni exit strategy untuk mendukung pemulihan yang adil, pembahasan scarring effect untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, sistem pembayaran di era digital, keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.
Wempi menjelaskan exit strategy yang akan dibahas tersebut merupakan koordinasi kebijakan pemulihan ekonomi jangka pendek.
“Ini adalah koordinasi di forum G20, termasuk negara-negara maju, berkembang, dan negara-negara miskin bagaimana agar exit strategy ini terkoordinasi dengan baik, terkomunikasi dengan baik, untuk melakukan pemulihan ekonomi jangka pendek,” ujar Wempi dalam Media Briefing Persiapan 2nd FCBD dan 1st FMCBG G20, Senin (14/2/2022).
Kata dia, selain melakukan exit strategy, Finance Track juga membahas scarring effect strategi untuk mengatasi luka pandemi di dalam jangka menengah dan panjang. Luka ini misalnya dalam bentuk turunnya produktivitas dan investasi, serta banyaknya pengangguran.
“Kondisi ini salah satu contoh dari luka akibat pandemi yang harus diatasi oleh semua negara dan ini perlu komunikasi yang sangat baik,” jelas Wempi.
Menurut dia, agenda prioritas yang juga dibahas dalam Finance Track adalah sistem pembayaran di era digital terkait dengan transaksi perdagangan internasional antar negara dan digital currency. Adapun keuangan berkelanjutan juga akan menjadi fokus pembahasan terkait dengan perubahan iklim.
“Fokusnya adalah bagaimana suatu transisi menuju ekonomi hijau itu bisa lebih adil dan terjangkau, adjust dan affordable. Buat negara-negara berkembang, mereka memerlukan suatu transisi atau framework untuk menuju transisi ekonomi hijau dan bagaimana mengakses pasar terhadap investasi-investasi mengarah kepada green economy,” ujar Wempi.
Di sisi lain, inklusi keuangan juga penting menjadi topik pembahasan dalam G20. Inklusi keuangan akan diaktifkan untuk membantu pendanaan UMKM.
“Di dalam era digital, sudah banyak kebijakan ini terus didorong. Kita akan coba maksimalkan diskusi di dalam financial inclusion ini,” kata Wempi.
Sementara, pembahasan international taxation dilakukan untuk memformulasi hak pemajakan terhadap keuntungan dari perusahaan-perusahaan multinasional.
“Misalnya di bidang digital dimana sumber perusahaan yang ada di satu negara, sementara pasalnya ada di negara yang lain. Dia dapat pendapatan di berbagai negara. Bagaimana hak pemajakannya itu yang didiskusikan di dalam agenda international taxation,” ungkap Wempi.
Wempi menjelaskan, forum G20 digunakan sebagai ajang untuk berdiskusi dan berkoordinasi mengenai kebijakan makro dalam lingkup global. Adanya forum G20 ini berperan strategis untuk mendorong perkembangan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif.(faz/iss)