Masa pensiun bagi kebanyakan orang kerap dianggap sebagai momok, karena mereka yang tidak mempersiapkannya dengan baik akan ada banyak hal yang dicemaskan. Salah satunya tentang bagaimana menjalani kehidupan pensiun, setelah bertahun-tahun hidupnya disibukkan dengan aktivitas di tempat kerja.
Ada pula yang justru kebalikannya, mereka malah mendambakan masa pensiun karena bebas dari rutinitas dan stres semasa kerja. Mereka yang memimpikan masa pensiun akan membayangkan waktu-waktu luang mereka diisi dengan hobi yang dilewatkan karena kesibukan kerja.
Menurut Ni Putu Adelia Kesumaningsari Dosen Psikologi Universitas Surabaya, respon beragam ini adalah hal yang umum terjadi saat memasuki masa pensiun. Salah satu hal yang kerap dikaitkan dengan pensiun adalah post power syndrome.
“Post power syndrome adalah respon umum yang dimunculkan orang yang menghadapi masa pensiun. Mereka merasa kehilangan kekuasaan, kehilangan hal-hal yang selama ini membuat mereka produktif sehingga kehilangan power atau kekuatan yang dimiliknya dulu,” kata Adelia saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Sabtu (12/2/2022).
Apakah post power syndrome bisa dihindari? Menurut Adelia jawabannya adalah bisa, apabila pensiun dipersiapkan dengan baik.
“Biasanya melakukan perencanaan terkait aktivitas apa yang akan dilakukan, misalnya hobi yang selama ini tidak didalami selama kerja, atau bahkan mencoba peluang bisnis baru. Ini biasanya menimbulkan harapan, ketika orang merasa produktif dia merasa happy dan sejahtera secara psikologis,” terangnya.
Selain perencanaan aktivitas, hal yang tak kalah penting lainnya adalah terkait finansial. Karena ketika pensiun, uang yang diterima tidak akan sebesar dulu saat masih bekerja. Bahkan nol pendapatan apabila tidak ada uang pensiun kalau anda dulunya bekerja di sektor swasta.
Masa pensiun yang bahagia, menurut Adelia tergantung dari beberapa hal.
“Bagaimana kepribadian orang itu sendiri, support lingkungan dan kondisi finansial saat memasuki masa pensiun,” ujarnya.
Dukungan dari orang terdekat, dalam hal ini keluarga menjadi penting karena biasanya orang yang baru pensiun jadi lebih emosional. Keluarga juga perlu memahami kalau ada satu orang anggotanya yang baru saja memasuki fase baru.
“Keluarga perlu memahami ada fase kehidupan baru yang bagi mereka mungkin tidak mudah. Yang harus dilakukan adalah bisa menjadi pendengar, paling tidak menemani dan kita bisa bantu mereka utntuk melakukan aktivitas yang mereka tidak banyak dalami tapi hobi mereka,” pungkasnya.(dfn)