Sabtu, 23 November 2024

Dinkes Surabaya Respon Cepat Laporan Belasan Anak Terserang DBD di Menur Pumpungan

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Selasa(18/1/2022). Foto: Manda Roosa suarasurabaya

Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya memastikan bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan epidemiologi terkait laporan 15 anak yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah RW 10 Menur Pumpungan. Hasilnya ditemukan adanya 4 kasus DBD, dan 1 suspek dengan gejala demam tetapi hasil laboratorium dalam kondisi normal.

“Satu pasien yang suspek ini langsung kami rujuk ke RSU Haji untuk mendapatkan pemantauan yang lebih intensif. Dia juga sudah dirawat secara intensif. Selain itu, tidak ditemukan kasus konfirmasi DBD lainnya,” tegas Nanik, Rabu (26/1/2022).

Terkait adanya laporan anak yang meninggal akibat DBD di wilayah itu pihaknya mengaku telah melakukan penelusuran. Berdasarkan surat keterangan surat persangkaan penyebab kematian dari RS, hasilnya adalah gagal sirkulasi dan sindrom disfungsi multi organ (MODS). Anak yang meninggal tersebut terkonfirmasi positif DBD berdasarkan hasil laboratorium pada tanggal 24 Januari 2022.

“Sebelumnya di tanggal 22 Januari 2022 juga telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil normal. Namun, ternyata perubahan kondisi klinis pasien cepat berubah,” ujarnya.

Seperti diketahui, anak yang meninggal karena DBD tersebut bernama Qonita Ismantakia warga Jalan Manyar Kartika Barat, Kelurahan Menur Pumpungan. Anak tersebut meninggal dunia setelah mendapat perawatan medis di rumah sakit Surabaya, Selasa (25/1/2022) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.

Farid pengurus RT 06/ RW 10 Kelurahan, Kecamatan Sukolilo, Menur Pumpungan mengatakan, siswa kelas 2 SD tersebut sebelumnya sempat pulang dari rumah sakit pada Minggu (23/1/2022). Namun, selang sehari Senin (24/1/2022) sore kembali masuk ICU rumah sakit.

Baca juga: Demam Berdarah Serang Belasan Anak di Menur Pumpungan Surabaya, Satu Meninggal

Oleh karena itu, mengingat cepatnya perubahan kondisi klinis pasien DBD, maka diharapkan masyarakat segera melakukan pemeriksaan laboratorium rutin terhadap kasus demam lebih dari 3 hari, tentunya dengan gejala yang mengarah ke infeksi dengue seperti nyeri kepala, mual, nyeri otot, nyeri di belakang bola mata dan adanya bercak kemerahan di kulit.

“Nah, apabila sudah didiagnosa positif DBD, maka segera melaporkan ke puskesmas terdekat atau ke kelurahan atau kecamatan untuk segera dilakukan penyelidikan epidemiologi, yaitu kegiatan pencarian penderita demam serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita dan rumah sekitarnya dalam radius 100 meter,” kata dia.

Setelah itu, penyelidikan epidemiologi juga akan dilanjutkan dengan penanggulangan fokus yang terdiri dari penguatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Hal ini penting dilakukan untuk memastikan benar-benar tidak ada jentik nyamuk, lavarsidasi selektif untuk memberantas jentik penampungan air yang sulit dikuras, dan juga fogging fokus untuk memutus mata rantai penularan apabila ditemukan adanya jentik atau nyamuk penular di wilayah tersebut.

“Selanjutnya, upaya penting yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD adalah Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara serentak dan terus menerus oleh seluruh masyarakat bersama stakeholder, mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan bersama dengan puskesmas dan kader kesehatan lainnya,” ujarnya.

Selain itu, dapat pula dilakukan upaya pencegahan lainnya untuk mengurangi resiko tergigit nyamuk. Salah satunya dengan menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kasa nyamuk, menggunakan kelambu, menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan baju panjang, serta menghindari menumpuk barang-barang dan menggantung pakaian, karena itu akan menjadi tempat peristirahatan nyamuk.

Menurut Nanik, kondisi musim penghujan dengan curah hujan yang tidak menentu disertai cuaca panas, memang menimbulkan potensi peningkatan populasi nyamuk dan tingkat agresifitas nyamuk vektor atau pembawa virus dengue. Makanya, kasus DBD di Kota Surabaya juga mengalami peningkatan di awal Januari 2022.

“Berdasarkan data yang kami miliki, pada bulan Januari 2022 telah ada 31 kasus yang terkonfirmasi DBD dengan mayoritas menyerang anak usia 5-14 tahun,” katanya.

Oleh karena itu, seluruh warga Surabaya dihimbau untuk waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tidak ada jentik di lingkungannya masing-masing, baik di dalam maupun di luar rumah. Ia juga memastikan bahwa Pemkot Surabaya akan terus menguatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD.

“Salah satunya dengan melakukan kerja bakti massal dan PSN serentak untuk memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk, menguatkan peran dan fungsi kader kesehatan untuk memantau lingkungan di masyarakat,” imbuhnya.

Dinkes juga  akan terus melakukan konsultasi dengan ahli/pakar terkait perkembangan kondisi Infeksi Dengue di Indonesia, melakukan pemeriksaan identifikasi spesies jentik di Kota Surabaya dari beberapa habitat pontensial lain, selain air bersih yang dicurigai berisiko menjadi tempat berkembangbiaknya jentik aedes seperti genangan di selokan atau parit.

“Berbagai upaya ini penting supaya kita bisa melakukan pencegahan yang lebih optimal. Jadi, ayo kita bersama-sama mencegah DBD dengan memberantas jentik,” jelasnya.(man/dfn/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs