Sabtu, 23 November 2024

Doktor Pertama Psikologi Ubaya Kupas Konflik Kerja Keluarga di Masa Pandemi Covid-19

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ujian terbuka Doktor di Universitas Surabaya (Ubaya) digelar secara hybrid. Ujian terbuka Doktor program studi Fakultas Psikologi, Jumat (21/1/2022). Foto: Humas Ubaya

Dr. Rusmalia Dewi, S.Psi., M.Si., Psikolog., Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang, menjadi lulusan pertama dengan predikat Cum Laude pada Ujian Terbuka Doktor dan lulus sebagai doktor pertama dari Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya). Dalam disertasinya, dia mengambil judul Model Konflik Kerja-Keluarga pada Medical Representative dengan Iklim Kerja-Keluarga, Kebermaknaan Kerja, dan Modal Psikologis sebagai Anteseden.

Acara sidang terbuka ini diawali dengan penjelasan dari Dr. Rusmalia terkait disertasi, disusul dengan pertanyaan oleh Promotor, ko-Promotor, dan penguji. Rusmalia diteguhkan di penghujung acara Ujian Terbuka Doktor yang dilaksanakan secara hybrid Jumat (21/1/2022) melalui zoom dan Perpustakaan lantai 5 Kampus II Ubaya.

Konflik kerja-keluarga sendiri membahas mengenai tantangan peran seseorang yang bekerja dan berkeluarga, di mana terdapat peran di tempat kerja dan di keluarga. Hal ini semakin hangat dibahas saat pandemi, pasalnya work from home dan study from home membuat dua peran ini semakin melebur.

Rusmalia pun menjelaskan fenomena konflik kerja keluarga yang hangat di masa pandemi. Ia pun menuturkan bahwa hal ini penting untuk diamati karena pandemi meleburkan peran kerja dan keluarga, khususnya karena ombak work from home ataupun study from home yang marak diterapkan karena menjadi satu solusi mencegah penyebaran penyakit Covid-19.

“Data pasangan bekerja dari tahun 2010 pasangan yang sama-sama bekerja selain meningkat. Ini penting untuk diamati, terlebih lagi bila satu domain bermasalah maka akan memengaruhi domain lainnya,” ujar Rusmalia.

Hal ini penting untuk dibahas untuk menambah kesejahteraan keluarga di masa pandemi, khususnya supaya pasangan muda bekerja yang menikah di masa pandemi tidak terancam perceraian karena konflik yang berkepanjangan.

“Semakin meningkatnya pasangan bekerja ini semakin meningkat pula kompleksitas baik di pekerjaan ataupun keluarga. Sehingga dapat pula meningkatkan konflik kerja pada mereka. Pasangan bekerja tingkat konflik kerja lebih besar daripada pasangan yang tidak bekerja, ” papar Rusmalia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik pun beragam, mulai dari faktor individu, keluarga, dan pekerja. Dari faktor individu ada status pernikahan, jumlah anak, status pekerjaan, gaji, kepribadian, gender, tingkat pendidikan, modal psikologis. Faktor kerja meliputi karakteristik kerja, stress kerja, program ramah keluarga, sistem kerja dengan komitmen tinggi, iklim kerja, kebermaknaan kerja. Sementara faktor keluarga meliputi tanggung jawab pengasuhan anak, dukungan sosial keluarga, dan iklim kerja keluarga.

Melalui penelitian ini Rusmalia menemukan bahwa individu yang mampu berbagi kepedulian dengan lingkungan kerja dan keluarganya, memiliki pemaknaan terhadap pekerjaan, dan modal psikologis tinggi dapat menurunkan konflik kerja-keluarga.

“Sehingga perusahaan perlu juga membuat kebijakan atau aturan kerja yang lebih manusiawi untuk mengurangi beban kerja,” kata Rusmalia.

Dr. Rini Sugiarti, S.Psi., M.Si., Psikolog., sebagai salah satu penguji pun menanyakan, “Apa saran praktis yang bisa saudara sarankan sebagai seorang medrep sehingga dalam keseharian bisa seimbang?”

Rusmalia pun menjawab bahwa iklim saling mendukung perlu ditumbuhkan. “Sederhananya, ketika ada permasalahan dalam keluarga, maka keluarga mampu mendengarkan permasalahan. Dengan menjaga komunikasi, menjaga kerjasama baik dengan pasangan ataupun keluarga inti diharapkan semua konflik yang terjadi di keluarga pun dapat turun,” jelas Rusmalia.

Prof. Ir. Joniarto Parung, MMBAT, PhD., IPU, Guru Besar Fakultas Teknik Ubaya sekaligus adalah promotor Rusmalia pun bertanya, kenapa topik ini harus diangkat—khususnya pada pekerjaan medical representative.

“Karena beban kerja dan target yang cukup besar, dan target setiap tahun yang meningkat, juga waktu dan kerja yang banyak. Supaya ada masukan terhadap sistem dan pada individu untuk memberi masukan kerja keluarga,” ungkap Rusmalia.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Ir. Benny Lianto MMBAT., Rektor Universitas Surabaya pun menuturkan rasa terima kasihnya.

“Ini hadiah untuk Universitas Surabaya dan Universitas Semarang,” jelasnya.

Ia pun menyampaikan apresiasi dan rasa bangga kepada seluruh pengelola prodi doktor Psikologi dan seluruh jajaran pimpinan fakultas. Benny pun menuturkan bahwa apa yang dihasilkan oleh Prodi Doktor Psikologi Ubaya merupakan langkah awal.

“Menghasilkan doktor yang berkualifikasi tinggi untuk berkiprah pada bidangnya untuk memberi kontribusi pada masyarakat,” pungkas Benny Lianto.(tok/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs