Urban farming dengan teknik hidroponik bukanlah hal baru di Kota Pahlawan. Tapi Urban Farming dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT)?
Teknologi itu dibuat dan dikembangkan dua mahasiswa Teknik Elektro Universitas Kristen (UK) Petra, Gregorio Diovani Wahanie dan Sih Kawuryan Yulianes Kufa.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menilik greenhouse di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari. Dia takjub dengan teknologi IoT buatan Gregorio dan Kawuryan. Teknologi ini dikontrol melalui aplikasi bernama ‘SERPIS’ yang berfungsi sebagai penyiraman, pengabutan, dan pengaturan suhu di greenhouse secara otomatis.
“Kita belajar betul, ternyata tanaman hidroponik ini akan jauh lebih bagus kalau ada pengaturan suhunya dan penyiraman air otomatis. Itu sudah dilakukan oleh teman-teman UK Petra dan Pak Rektor,” kata Eri Cahayadi, Kamis (21/1/2022).
Eri juga ingin nantinya aplikasi SERPIS bisa dikembangkan dan diterapkan di seluruh urban farming di Kota Pahlawan. Tujuannya, agar kualitas sayuran hidroponik yang dikelola petani lokal Surabaya menjadi lebih baik lagi.
“Tugas kita, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, memastikan bahwa yang berinvestasi di kota Surabaya ketika membeli sayur, belinya di greenhouse yang ada di kota ini. Misal hotel, rumah makan, apartemen, yang menyediakan makanan dengan sayuran, belinya di petani hidroponik Surabaya. Dengan catatan, kualitasnya harus baik sesuai standarnya,” ujarnya.
Dia yakin dengan adanya kolaborasi antara Pemkot Surabaya dengan perguruan tinggi, bisa menciptakan sayuran hidroponik yang sesuai dengan standar Internasional. Selain itu, juga akan meningkatkan penghasilan warga Kota Surabaya.
Gregorio menjelaskan awal mula dia menemukan ide teknologi IoT buatannya. Aplikasi berbasis android bertenaga surya, secara keseluruhan dikendalikan lewat ponsel dengan jaringan internet. Mulai dari penyiraman pengabutan, pengaturan suhu udara, dan pendeteksi kadar air, semuanya dapat dikendalikan dengan mudah dalam satu genggam.
“Suhunya bisa kita atur, misal di sini (green house) suhunya panas, secara otomatis bisa menyemprotkan kabut supaya tanamannya tidak layu dan tumbuh subur,” kata Gregorio.
Ide ini muncul, setelah dua mahasiswa angkatan 2018 ini berdiskusi dengan ibu-ibu KRPL Wanita Serpis. Saat itu para KRPL Wanita Serpis mengeluhkan kurangnya kualitas tanaman hidroponik dan rusak. Hal itu disebabkan suhu ruangan greenhouse yang kurang sejuk.
“Dengan adanya alat ini, ibu-ibu sudah tidak lagi repot-repot menyirami tanamannya secara langsung. Jadi cukup dari rumah dengan menggunakan handphone sudah bisa diatasi,” jelas Gregorio.
Sayuran yang ditanam dengan teknik hidroponik oleh ibu-ibu KRPL Wanita Serpis ini bervariasi. Mulai dari sayur Samhong, Selada Air, Selada Romaine, Bok Choy, Sawi Hijau dan masih banyak lainnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Kelompok Tani RW 04 Jemur Wonosari, Yuniarti mengaku pekerjaannya menjadi lebih mudah dengan aplikasi ini. Bahkan, hasil panen sayur hidroponik KRPL Wanita Serpis kini menjadi jauh lebih baik.
“Dulu hasilnya sangat kurang, bahkan ada yang kering. Sekarang 90 persen sayurannya segar seperti ini. Banyak, warga sekitar yang pesan sayur di kami, selain segar, sayuran yang kami kelola bebas pestisida,” ujar Yuniarti.(man/den)