Sabtu, 23 November 2024

Pakar Imunologi: Lonjakan Omicron Bisa Munculkan Varian Baru

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Ilustrasi. Virus Corona Varian Omicron. Grafis: Gana suarasurabaya.net

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga Senin (17/1/2022), kasus Omicron di Indonesia mencapai 840. Bertambahnya kasus ini harus disikapi dengan sikap waspada. Hal ini dikatakan Dr. Gatot Soegiarto, dr.Sp.PD -KAI, FINASIM Pakar imunologi FK Unair.

“Varian Omicron tak seganas varian Delta. Namun Omicron tetap berbahaya karena  jika virus ini masuk dalam jumlah yang besar dan berkembang biak dalam tubuh, maka proses mutasi akan berjalan terus,” jelas

Dokter Gatot menjelaskan jika ahaya virus tersebut akan berkembang biak dengan mengcopy paste RNA nya. Jika RNA yang di-copy tidak sesuai dengan reseptor yang di-paste atau dalam istilah medisnya proofreadnya tidak sesuai, maka akan sangat mungkin akan menimbulkan varian baru.

“Meskipun tingkat keparahan varian ini dikatakan rendah, tetap waspada dan lengkapi pertahanan diri dengan vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan 5M. Terutama menghindari tempat kerumunan dan makan bersama yang memungkinkan proses transmisi virus,” paparnya.

Selain itu, untuk memberikan proteksi lebih, menerapkan vaksin booster juga akan lebih baik untuk menangkal virus.

Ia mengungkapkan bahwa varian Omicron lebih banyak menjangkit pasien usia muda dari usia 30 hingga usia 40 tahun dibandingkan dengan pasien berusia lanjut. Meski demikian menurutnya virus Omicron ini belum bisa menyebabkan gejala berat pada pasien dengan komorbid. “Jadi belum ada studi yang spesifik apakah varian Omicron bisa menyebabkan gejala berat pada pasien dengan komorbid. Oleh karena itu untuk menangkal varian ini segera mendapatkan vaksin booster,” ungkapnya.

Kasus Covid-19 varian Delta, langsung menyerang pada paru-paru. Berbeda dengan Varian Omicron yang lebih banyak menyerang saluran pernapasan bagian atas. Yakni di hidung dan tenggorokan.

Dr. Gatot berpesan agar masyarakat tidak boleh lengah. Karena virus ini kebal terhadap vaksinasi.  “Varian ini bisa meloloskan diri dari pertahanan tubuh pasien yang sudah menjalani vaksinasi dua kali. Bahkan orang yang sudah pernah sembuh dari Covid-19 juga masih bisa terpapar,” terangnya.

Untuk gejala sendiri, Dr Gatot menyebut varian ini tidak menunjukkan gejala yang berat. Bahkan bisa dikatakan seperti flu biasa. Antara lain kelelahan yang luar biasa, nyeri kepala dan hidung berair. Tidak ada gejala anosmia maupun dipepsia seperti varian sebelumnya.

Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Unair ini mengimbau kepada pemerintah untuk melakukan pembatasan warga negara asing  (WNA) dari beberapa negara menjadi upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan kasus ini. Karena itu upaya pemerintah yang membatasi WNI dari 14 negara sangat efektif.

Sebagai perbandingan, varian delta hanya memiliki 7 jenis mutasi dalam sel spikenya. Sehingga tidak mengherankan  Omicron 5 kali lebih mudah menyebar dibandingkan dengan varian delta. “Jadi perlu pemerintah memperkuat testing dan tracing. Sehingga persebaran dari varian ini bisa segera dikendalikan. Selain itu perlu adanya pembatasan bagi WNA yang akan masuk ke Indonesia agar tidak merebak virus ini,” jelasnya.(man/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs