Jenderal Polisi Tito Karnavian Kapolri mengungkapkan, pelaku penembakan terhadap puluhan pekerja proyek infrastruktur di Kabupaten Nduga, Papua, beberapa hari lalu, adalah kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Menurut Kapolri, aksi teror itu bertujuan supaya Pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional mengetahui kalau OPM masih eksis.
“Aksi itu bentuk eksistensi kelompok mereka (OPM). Tanggal 1 Desember adalah hari penting untuk lompok OPM, di mana Belanda memberikan semacam kemerdekaan buat mereka,” kata Jenderal Tito, usai rapat dengan Joko Widodo Presiden, Wiranto Menkopolhukam dan Basuki Hadimuljono Menteri PUPR, Rabu (5/13/2018), di Istana Merdeka, Jakarta.
Kapolri menjelaskan, setiap awal Desember, kelompok separatis tersebut sering membuat ulah seperti mengibarkan Bendera Bintang Kejora, atau menyerang aparat keamanan.
Selain karena perbedaan pandangan politik, mantan Kapolda Papua itu menyebut kalau masalah utama yang memicu berbagai aksi OPM adalah kesenjangan kesejahteraan.
“Akar utamanya adalah kesejahteraan. Kelompok OPM tidak sabar menunggu realisasi pembangunan infrastruktur, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Kapolri mengungkapkan aksi teror OPM terhadap pekerja PT. Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, mengakibatkan 20 orang meninggal dunia.
Dari 20 orang korban, sebanyak 19 orang merupakan pekerja, sedangkan seorang lagi Anggota TNI yang sedang bertugas menjaga keamanan di daerah tersebut.
Dugaan sementara, para pekerja itu dibunuh karena mengambil foto perayaan ulang tahun Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, di dekat jembatan yang masuk dalam proyek Jalan Trans Papua. (rid/dim)