Seorang pemuda berkebutuhan khusus kembali ke pelukan orang tuanya setelah kabur dari rumahnya di Perumahan Taman Wisata Tropodo, Sidoarjo, Selasa dini hari (11/1/2022).
Namanya Akbar, tapi nama panggilannya Abang. Pemuda berusia 20 tahun ini dilaporkan Meinar, ibundanya, pergi dari rumah Selasa pukul 01.00 WIB. Keluarga Meinar baru pindah dari Solo ke Surabaya.
“Putra saya autis, sama sekali tidak bisa berkomunikasi. Umur 20 tahun, hilang tadi malam jam satu. Saya baru tahu setelah subuh. Namanya Akbar, tapi dia tidak mengenal namanya. Kalau dipanggil Abang mungkin bisa,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, pukul 05.45 WIB
Ciri-ciri fisik Akbar yaitu tinggi 170 centimeter, berat 85 kilogram, rambut tebal lurus warna hitam, dan kulit putih. Terakhir pakai kaos hijau dan celana warna abu-abu.
Menurut Meinar, security perumahan sudah meminta Akbar pulang, tapi dia malah berjalan keluar perumahan. Security tidak bisa meng-handle karena Akbar hiperaktif dan ADHD.
Pada saat yang sama, Anang, pendengar Suara Surabaya yang sedang dalam perjalanan ke Pamekasan, melaporkan melihat orang seperti Akbar berjalan di tengah jalan, di daerah Rungkut Industri.
“Saya dari Jemursari ke timur sampai pertigaan Rungkut Industri. Ke utara sedikit tidak jauh dari situ. Barusan tidak ada lima menit. Sekarang saya sudah di MERR. Tidak apa-apa, saya putar balik sebentar,” kata Anang.
Pukul 06.00 WIB, Mawardi, pendengar Suara Surabaya melaporkan juga bertemu Akbar di Rungkut Kidul II, dekat pemakaman.
“Saya panggil ‘Abang ayo pulang’, dia lihat, senyum. Rambutnya basah kuyup. Saya ajak duduk di mobil sambil menunggu keluarganya,” kata pengemudi taksi online ini.
Sekitar 20 menit kemudian, Akbar sudah dijemput ibunya. “Alhamdulillah hirobbil alamin. Saya mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam, penghargaan yang sangat tinggi, dedikasi yang sangat tinggi kepada Suara Surabaya. Mudah-mudahan upaya Suara Surabaya menggalang pendengar banyak manfaat, banyak maslahat,” kata Meinar setelah bertemu putranya.
Secara khusus Meinar juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Anang dan Mawardi. “Pak Anang mudah-mudahan selamat sampai tujuan di Pamekasan. Pak Mawardi sudah menghentikan putra saya, juga dikasih pisang goreng,” ujarnya.
Meinar menceritakan, dia melaporkan kehilangan anaknya ke Suara Surabaya atas saran tetangganya. “Saya teriak-teriak di jalan, lalu ada tetangga kami, ibu-ibu, menyarankan saya melaporkan ke Suara Surabaya”. (iss/rst)