Sejumlah pemaparan soal kondisi ekonomi di 2018 dan kemungkinan yang terjadi pada perekonomian di 2019 telah disampaikan semua pembicara Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) 2019, di Grand City Convex, Rabu (5/12/2018).
Faisal Basri Pakar Ekonomi Universitas Indonesia, sebagai pembicara pamungkas, mengapresiasi stamina peserta SSEF 2019 yang bertahan sampai akhir forum meski cukup larut malam.
Padahal, para peserta ini tidak hanya datang dari Surabaya atau kota-kota lain di Jawa Timur saja, tapi juga dari luar pulau seperti salah satu peserta yang mengaku berasal dari Balikpapan.
Ratusan peserta, sejak pukul 14.00 WIB sampai sekitar pukul 21.40 WIB tampak sangat antusias mengikuti semua materi yang disampaikan pembicara.
Mulai dari Akhyari Hananto Sociopreneur, Johnny Widodo Direktur OVO, para pemateri dari sponsor pendukung SSEF, sampai Renald Khasali dan Faisal Basri.
Faisal Basri menekankan, 2019 mendatang daya tahan Indonesia terhadap perubahan ekonomi dunia harus diperkuat.
Kuncinya, masyarakat yang harus tetap berdaya dan industri dalam negeri perlu terus didorong.
Sementara itu, Renald Khasali Founder Rumah Perubahan sebagai pembicara sebelumnya menyoroti tantangan digital pada 2019 dan disrupsi yang diakibatkannya.
Milenials, menurutnya, harus diberi kesempatan untuk retraining atau melakukan kesalahan seperti yang pernah dilakukan ayah ibunya puluhan tahun silam.
Bukan karena apa, tapi supaya mereka bisa melakukan refleksi dan mampu mengeksplorasi hal baru di era disrupsi. Seperti halnya dia menyarankan para pengusaha agar tidak hanya melakukan eksploitasi usaha yang sudah berjalan tapi juga mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan usaha yang ada.
Rhenald Kasali setiap perusahaan di Indonesia perlu membangun ekosistem, digitalisasi, dan lain sebagainya, serta menyarankan pengusaha berinovasi meski tidak semuanya berhasil.
Ini yang senada dengan apa yang disampaikan Faisal Basri. Namun, dia lebih menekankan pada peran pemerintah agar mendorong industri yang belum ada.
Selain itu, dia juga menyarankan Industri manufaktur terus ditingkatkan supaya ekspor Indonesia tidak melulu berupa bahan baku. (den/tin/ipg)