Peduli dengan masalah ibu menyusui yang terkendala dengan tidak lancarnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) mendorong Uung Victoria Finky (30 tahun) memberikan konsultasi ibu menyusui dan konselor laktasi secara gratis.
Jasa konsultasi yang dinamai Mom Uung Pejuang ASI (ASI Booster) yang berlokasi di Jalan San Antonio 96-98 Mulyorejo, Surabaya dirintis tahun 2019 ini memperoleh penghargaan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai ‘Pelayanan Ibu Menyusui Terbanyak dan Gratis’
Terbanyak, karena telah melayani 40 ribu konsultasi ibu menyusui baru setiap bulannya.
Uung mengisahkan yang membuatnya mendirikan Mom Uung ASI Booster, dilatarbelakangi pengalamannya sewaktu melahirkan anak pertamanya, Marvel yang kini sudah berusia 3 tahun.
“Saat melahirkan anak pertama, saya tidak ada pengalaman menyusui, lalu ASI tidak keluar sama sekali membuat anak saya nangis terus,” kisah ibu dari dua orang anak ini.
Suster di Rumah Sakit tempat ia melahirkan tetap memberikan semangat dan tetap menyarankan untuk memberi ASI biarpun sedikit.
Hari ketiga, ia makin cemas karean ASI tidak keluar. “Keluarga sudah mulai mendorong untuk memberi susu formula (sufor), mereka khawatir bayinya tidak terpenuhi kebutuhannya apalagi ini cucu pertama,” kisahnya.
Disaat seperti ini, kata Uung dukungan sang suami sangat membantunya. “Saya beruntung suami saya justru mendukung untuk tetap memberikan ASI. Tidak semua ibu-ibu di support suami apalagi ada rumah sakit yang malah menyarankan memberikan sufor,” jelasnya.
Ia mulai menuliskan pengalamannya melalui sosmed ternyata hal yang sama banyak dialami ibu-ibu menyusui lainnya. “Di sini saya merasa tidak ‘sengsara’ sendirian,” ujarnya.
Ia mendapatkan respon luar biasa, bahkan dalam sehari ada 200 chat yang masuk untuk saling berbagi keluh-kesah. Mulailah ia merintis Mom Uung, dan berkembang hingga sekarang memiliki 15 orang staff untuk menangani konseling. Staff yang melayani konsultasi menyusui semuanya sudah bersertifikat dan mengikuti pelatihan konselor sesuai standart WHO.
“Kita juga punya medical educator dan mereka adalah dokter laktasi. Jadi kalau ada problem dan butuh penanganan khusus kita bantu menghubungi medical educator,” jelasnya.
Berdasar pengalamannya, yang banyak dikeluhkan ibu menyusui adalah ASI nya sedikit. “Sebenarnya penyebabnya banyak faktor bisa karena kurangnya edukasi, penambahan bahan makanan lain, penggunaan media ASI yang lain atau bisa jadi karena ibunya yang tidak percaya diri karena ASI sedikit dan merasa tidak mencukupi buat anaknya,” urainya.
Padahal lanjut Uung, ASI sedikit jika dilihat lagi sebenarnya mencukupi karena kondisi setiap ibu berbeda-beda.
“Bukan ASI sang ibu yang sedikit, bisa jadi ada fase loncakan pertumbuhan sehingga butuh ASI lebih banyak. Jadi ada solusinya tergantung problem dari masing-masing ibu,” imbuhnya.
Soal penghargaan rekor MURI yang diraihnya karena memberikan konsultasi menyusui terbanyak dan gratis, makin memacunya untuk mendorongnya memberikan edukasi tentang pentingya ASI buat ibu menyusui. Ke depan, selain melayani konsultasi gratis 24 jam, ia juga akan membuka kelas zoom gratis bersama medical educator.
“Tahun depan kita akan membuat kelas satu tahun gratis jadi ibu-ibu bisa langsung konsultasi dengan medical educator kita via zoom yang kita laksanakan seminggu sekali,” kata Uung yang juga pelopor penggunaan daun kelor dan ikan gabus untuk booster ASI. (man/rst)