Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) bersama empat fakultas kedokteran lain yakni UNHAS, UNPAD, UGM dan UI, sejak 2018 ditunjuk Kemenkes sebagai proyek percontohan Academic Health System (AHS).
Prof Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG(K) Dekan FK Unair mengatakan AHS adalah sebuah sistem pembelajaran yang melibatkan beberapa unsur di dalamnya. Yakni fakultas kedokteran, rumah sakit jejaring, dinas kesehatan setempat, laboratoratorium dan apapun yang berhubungan dengan kesehatan
“Jadi bagaimana bisa ikut mendidik mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk menjadi dokter yang dibutuhkan di masyarakat,” terang Profesor Budi saat menerima kedatangan team dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) untuk melakukan studi banding AHS, Jumat (24/12/2021).
Profesor Budi menjelaskan tidak hanya bermanfaat dalam internal universitas saja, keberadaan AHS ini juga bisa menjawab permasalahan kesehatan di masyarakat. Sehingga outputnya adalah kualitas hidup masyarakat membaik.
“Jadi yang kita kembangkan tiga, penelitian Pendidikan serta pengabdian masyarakat,” jelasnya.
Ke depannya AHS akan diberlakukan di semua fakultas kedokteran di Indonesia. Karenanya, FK Unair berbagi pengalaman dalam mengimplementasikan AHS di FK Unair bersama dengan instansi terkait.
FK Unair beserta jajaran rumah sakit jejaring seperti RSUD Dr. Soetomo dan RSUA banyak berbagi mengenai bagaimana sebuah kolaborasi berjalan dengan baik dan tersistem.
“Beberapa hal yang sudah dilakukan FK Unair dalam program AHS ini antara lain adalah program pengabdian masyarakat menggandeng lintas sektor di Madura dalam upayanya menurunkan angka kematian ibu di Pulau Garam tersebut,”paparnya.
Upaya penanganan bencana alam, juga masuk ke dalam AHS. FK Unair telah terlibat langsung dalam penanggulangan bencana, misalnya di Pulau Mamuju-Majene NTT, di Kota Batu dan terakhir di Gunung Semeru Lumajang.
“Kita bisa lihat diproses pembelajaran pun sudah melibatkan beberapa institusi yang terkait di dalamnya. Penelitian dan pengabdian masyarakat pun demikian. Semua sudah kita lakukan 3-4 tahun ini,” terangnya.
Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si., Med., SpA(K) Dekan FK UB berharap, studi banding ini tidak berhenti di sini. Ke depan diharapkan ada komunikasi lebih intens dengan FK Unair sehingga apa yang telah dilakukan di FK Unair, dapat dilaksanakan juga di UB.
“FK UB juga sama seperti FK Unair, memiliki rumah sakit universitas. Dengan adanya kunjungan ini sedikit banyak kami belajar bagaimana pengelolaan RS Universitas dan jejaring agar bisa berkolaborasi membantu pemerintah di Jatim dalam peningkatan kesehatannya,” katanya. (man/ipg)