Di tengah pergerakkan nilai tukar rupiah yang terus menguat sepanjang November 2018, cadangan devisa Indonesia kembali meningkat sebesar dua miliar dolar AS menjadi 117,2 miliar dolar AS. Meskipun, dalam tiga hari terakhir Desember 2018 ini rupiah berbalik melemah di tengah sentimen perang dagang AS-China yang belum mereda.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia di Jakarta, Jumat, kenaikan cadangan devisa karena penerimaan devisa migas, penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah, dan penerimaan devisa lainnya yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah.
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ungkap Bank Indonesia, seperti dilansir Antara, Jumat (7/12/2018).
Merujuk pada data kurs tengah Bank Indonesia, nilai rupiah sepanjang November menguat signifikan hingga kisaran Rp800 rupiah.
Pada 31 Oktober 2018, rupiah diperdagangkan di Rp15.277 per dolar AS dan berakhir 30 November 2018 ketika rupiah diperdagangkan di Rp14.399 per dolar AS.
Meski demikian, dalam tiga hari terakhir ini, rupiah berbalik melemah di tengah perang dagang antara AS dan China yang belum mereda sepenuhnya dan perkiraan perlambatan ekonomi Amerika Serikat.
BI menilai cadangan devisa hingga akhir November 2018 mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif,” tulis BI. (ant/dim/ipg)