Andri Arianto Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) berpendapat, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya perlu membangun “dream team” atau “tim impian” di Pemkot Surabaya.
Tim impian yang dia maksud adalah orang-orang pilihan yang satu visi dengan Eri dalam menggerakkan organisasi perangkat daerah (OPD) di Surabaya demi mewujudkan visi dan janji kampanye Eri.
Awal Oktober lalu, Eri telah melantik 129 pejabat di lingkungan dinas, kelurahan, dan juga kecamatan. Ada empat kepala dinas/kepala bagian yang dilantik bersama puluhan pejabat kelurahan dan kecamatan.
Andri menilai, bila Eri ingin menciptakan sejarah di Surabaya melalui perwujudan visi dan misinya, dia harus menyiapkan personel dengan baik dan tepat. Tidak cukup yang pintar dan cerdas saja.
“Tidak cukup didukung kepala dinas yang pintar atau ASN yang cerdas. Tim impian itu harus solid, loyal 100 persen mewujudkan visi wali kota. Tidak tengok kiri-tengok kanan,” katanya, Rabu (15/12/2021).
Tantangan Eri Cahyadi untuk mewujudkan visi-misinya cukup besar. Terutama karena pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor, termasuk dalam hal kebijakan-kebijakan pemerintahan.
Visi Eri Cahyadi, yakni “gotong royong menuju Surabaya kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan”, menurut Andri adalah visi besar yang mana untuk mewujudkannya perlu tim yang kuat.
Andri menganalogikannya dengan klub sepakbola. Wali kota, kata dia, seperti sosok manajer dalam klub sepakbola yang tidak hanya harus berpikir bagaimana mengelola taktik dan memenangkan pertandingan.
Seorang manajer klub sepakbola, menurutnya juga harus mempunyai strategi jangka panjang. Terutama dalam hal menjaga performa terbaiknya untuk mewujudkan satu tujuan.
Selain itu, kata Andri, manajer juga harus tahu karakter para pemain. Jika orang itu penyerang, tidak mungkin ditaruh jadi pemain belakang. Atau kiper, tidak mungkin tiba-tiba dijadikan penyerang.
“Semua tahu, Christiano Ronaldo adalah penyerang hebat. Tapi kalau menjadi kiper, dia belum tentu hebat. Kurang-lebih perumpamaannya seperti itu. Maka Eri harus cermat,” ujarnya.
Sebagai pemimpin yang pernah menduduki jabatan kepemimpinan di sejumlah OPD di Surabaya, menurutnya Eri Cahyadi punya modal kecermatan yang sudah terasah bertahun-tahun lamanya.
Salah satu cara menempatkan “pemain” di posisi yang tepat di Pemkot Surabaya, kata Andri, yakni dengan melakukan asesmen. Dia bilang, langkah Eri menggandeng tim independen untuk asesmen sudah tepat.
Menurutnya, itu merupakan awal dari terbentuknya tim birokrasi yang solid dengan spirit pelayanan terbaik kepada masyarakat, serta berorientasi pada hasil dan inovasi.
“Jangan sampai wali kota punya tim yang hanya menunggu perintah baru melaksanakan sesuatu. Dia harus mampu menerjemahkan visi-misi wali kota,” ujarnya.(den)