Jumat, 22 November 2024

Hilir Mudik Hoaks dan Kendaraan Bantuan Hambat Penanganan Dampak APG Semeru

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Salah satu desa terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. Foto: IDAI

Kolonel Infanteri Irwan Subekti Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran (APG) Gunung Semeru menegaskan, pendangkalan dasar sungai, beredarnya hoaks, serta hilir mudik kendaraan relawan dan bantuan turut menghambat penanganan.

“Pada kesempatan ini saya laporkan kendala di lapangan adalah pendangkalan sungai di curah kobokan desa setiap hari,” kata Irwan dalam konferensi pers Review Kejadian Bencana Bulan Desember dan Perkembangan Pascaerupsi Gunung Semeru di Jakarta, Jumat (10/12/2021).

Komandan Korem 083/Baladhika Jaya itu menjelaskan, terjadinya pendangkalan dasar sungai disebabkan rata-rata curah hujan yang tinggi pada siang hingga sore hari, sehingga berpotensi menyebabkan banjir.

Oleh sebab itu, pada saat melakukan proses pencarian korban, seluruh tim pencarian dan pertolongan perlu meningkatkan kewaspadaan.

Selain pendangkalan sungai, hal lain yang menyebabkan proses penanganan menjadi terhambat adalah pasir di sekitar sungai masih berasap dan panas.

Hal itu membuat proses pencarian yang dilakukan secara manual maupun dengan alat berat oleh Tim SAR Gabungan menjadi sangat terbatas.

“Proses pencarian secara manual oleh tim SAR maupun oleh alat berat, masih sangat terbatas. Walaupun ada indikasi, informasi yang perlu kita dalami di titik-titik tertentu yang harus kita laksanakan pencarian,” tegas dia.

Lebih lanjut, dia menyayangkan munculnya hoaks seperti informasi soal penjarahan yang mengganggu informasi resmi dari petugas terkait dan memunculkan keresahan masyarakat.

Menurut Irwan, banyaknya pengungsi yang pergi ke rumah saudara maupun keluarga di luar daerah juga mengharuskan pihaknya memperhatikan detail data-data pengungsi yang pergi ke luar kota.

Terakhir, banyaknya relawan maupun masyarakat yang peduli terhadap korban dan berdatangan ke lokasi terdampak bencana justru menghambat proses lalu lintas di daerah bencana.

Hal ini kemudian membuat penanganan menjadi tidak maksimal dan berbahaya, karena membuat lalu lintas menjadi lebih padat dan lokasi bencana rawan akan cuaca ekstrem.

“Kami mohon pada masyarakat bahwa sekiranya akan memberikan bantuan cukup beberapa kendaraan saja, tidak berbondong ke tempat bencana,” ujarnya.(ant/wld/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs