Jumat, 22 November 2024

Menperin: Sumber Nikel Melimpah, Bodoh kalau Indonesia Tidak Kembangkan Mobil Listrik

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Wuling mengenalkan konsep mobil listriknya untuk pertama kali di GIIAS Surabaya 2021. Foto: Denza <suarasurabaya.net

Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian menyampaikan pernyataan yang cukup pedas tentang pengembangan mobil listrik di Tanah air.

Kemarin, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, mobil listrik di Tanah Air saat ini memang punya kelebihan dan kekurangan.

Pertama, dalam hal mengurangi emisi gas buang, mobil listrik memang menjadi andalan. Tetapi, mobil listrik yang ada belum bisa memenuhi permintaan pasar.

Salah satu keluhan yang sering muncul adalah daya tahan baterai yang singkat dan kemampuan pengisian baterai yang terlalu lama. Juga harganya yang relatif mahal.

Pengembangan mobil listrik agar lebih mampu memenuhi pasar itu, kata dia, sudah seyogyanya bisa dilakukan secara mandiri di dalam negeri oleh anak-anak bangsa.

“Secara kita punya resource (sumber) nikel yang banyak sekali, sehingga basis untuk membuat baterainya kuat sekali. Jadi sayang, dan bodoh bagi Indonesia kalau kita tidak mengembangkan mobil listrik,” kata Agus.

Dia sampaikan itu setelah berkeliling di sejumlah stan pameran di ajang Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) Surabaya 2021, Kamis (9/12/2021).

“Ekosistemnya sudah kami siapkan. Masing-masing kementerian punya tanggung jawab. Kami (Kemenperin) tanggung jawabnya adalah sektor produksinya. Ada kementerian lain yang mempersiapkan infrastuktur-nya,” ujarnya.

Salah satu infrastuktur yang sedang dipersiapkan oleh kementerian lain, kata Agus, adalah charging station atau stasiun pengecasan mobil listrik. Kemenperin, kata Agus, menyuguhkan konsep besarnya.

“Konsep besar dari kami adalah yang disebut green mobility. Ini untuk menjawab kesepakatan dunia dan kesepakatan global dalam menekan emisi karbon,” katanya.

Dia pun mempersilakan industri otomotif di Tanah Air untuk menggunakan teknologi apa pun dalam pengembangan mobil ramah lingkungan. Baik itu elektrik, hybrid, atau basis lainnya.

“Seperti yang kita lihat, ada adik-adik dari ITS yang sudah mengembangkan kendaraan berbasis hidrogen. Kita harus percaya teknologi ini berkembang, biar tidak statis,” ujarnya.

Agus mengatakan, teknologi itu akan menyesuaikan kebutuhan pasar. Dia meyakinkan, kebutuhan pasar saat ini adalah pengurangan emisi gas buang.

“Nah, kalau pertanyaannya soal electric vehicle, itu bagian dari upaya kami untuk mengurangi emisi. Tapi menjadi prioritas karena sumber nikel kita banyak. sehingga produksi secara end to end untuk menghasilkan mobil itu bisa kita lakukan secara mandiri di dalam negeri,” ujarnya.(den/wld/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs