Jumat, 22 November 2024

Banyak yang Tidak Layak Pakai, Donasi Pakaian Bekas Bertumpuk dan Terbuang

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Salah satu pakaian bekas yang akhirnya terbuang sia-sia, masyarakat lebih membutuhkan pakaian dalam dalam kondisi baru. Rabu(8/12//2021) Foto: Manda suarasurabaya.net

Tumpukkan baju nyaris setinggi tiga meter menggunung di sebelah tenda darurat Balai Desa Penangkal Kecamatan Candipuro pada Rabu (8/12/2021). Relawan mencoba memilah pakaian yang masih layak pakai, berdasar ukuran, jenis pakaian dan gender.

“Ini sudah berkurang, kemarin masih banyak memenuhi halaman,” ujar salah satu relawan.

Berdasarkan pantauan suarasurabaya.net, hasilnya tidak hanya baju, namun juga bantal, guling, lap hingga taplak meja.

Baca juga: Alasan Warga Terdampak Bencana Semeru Tidak Mau Mengungsi di Posko Pengungsian

Sholihah warga Penanggal sekaligus relawan di Balai Desa ini mengatakan, banyak baju yang sebenarnya tidak layak pakai, misalnya berlubang, kancingnya lepas, celana karet yang sudah lepas tali kolornya, sampai baju yang sudah kumal mirip gombal.

Sholihah lalu menunjukkan kebaya dengan kain menerawang. “Nah, pakaian kayak gini jelas tidak dipakai di pengungsian,” katanya.

Baca juga: Pengungsi Terdampak APG Semeru Mencapai 3.697 Orang

Pengungsi pun juga tidak asal mengambil baju, mereka cenderung mencari baju yang baru daripada yang bekas.

“Kalau ada yang baru ya milih itu, daripada pakaian bekas,” sahut Yamin, salah satu pengungsi.

Salah satu pakaian bekas yang akhirnya terbuang sia-sia, masyarakat lebih membutuhkan pakaian dalam dalam kondisi baru. Rabu(8/12//2021) Foto: Manda suarasurabaya.net

Tak hanya baju, sarung yang masih layak pakai kalau itu bekas mereka juga tidak mau. “Soalnya banyak yang ngasih bantuan sarung dan itu masih baru,” alasannya.

Baca juga: Anak-Anak Pengungsi di Posko Sumber Wuluh Jalani Trauma Healing

Saidah salah satu pengungsi dari Curah Kobokan mencoba mencari daster, sayangnya begitu dilihat lebih teliti ternyata ristletingnya macet, dan tidak bisa dibuka. Para donatur diharapkan tidak asal mengirim pakaian bekas, karena dikhawatirkan akan terbuang sia-sia.

“Meski pengungsi, mereka juga memilih dan tidak asal pakai. Kadang kalau modelnya kelewat kuno juga tidak akan mau, mereka cenderung memilih yang baru,” jelas Sholihah.

Celana dalam bekas juga sangat tidak disarankan, namun nyatanya ditemukan juga. “Lebih baik saat ini mukena, sarung, dan pakaian dalam wanita, pria baik anak-anak maupun dewasa lebih dibutuhkan saat ini,” sarannya.

Sholihah mengaku PR-nya masih banyak. Selain memilah dan mendistribusikan pakaian ke pengungsi, dia juga harus memikirkan ‘sisa’ pakaian bekas yang tidak layak ini akan disalurkan kemana. “Iya, nanti dipikir. Soalnya kami juga tidak ada tempat lagi untuk menampung,” keluhnya. (man/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs