Meletusnya Gunung Semeru tidak hanya menghilangkan harta benda dan nyawa warga terdampak. Peristiwa itu juga meninggalkan trauma, terutama bagi anak-anak di desa setempat.
Untuk mengembalikan kondisi psikologis mereka pascabencana sejumlah posko pengungsian Kesdam V/Brawijaya di lapangan Sumber Wuluh menjalankan proses trauma healing.
Pelda I Made Ardita dari Kesdam V/Brawijaya mengatakan, awalnya timnya fokus pengobatan dan evakuasi korban. Saat ini mereka juga fokus ke penanganan trauma healing.
“Trauma healing ini bukan untuk anak-anak saja, tapi juga semua umur termasuk lansia,” kata Pelda I Made Ardita dari Kesdam V/Brawijaya.
I Made Ardita menuturkan, ada seorang lansia yang begitu trauma mendengar suara peringatan, “Evakuasi! Evakuasi!” Yang mengakibatkan dirinya tidak bisa tidur dan mengalami nyeri di dadanya.
Dalam melakukan trauma healing, para petugas Kesdam V/Brawijaya berkolaborasi dengan dinas kesehatan dan relawan dari Universitas Negeri Jember.
Tim ini melakukan langkah proaktif turun ke posko pengungsi. “Tim kami ada empat, satu tim ada lima orang , kami proaktif ke pos-pos pengungsian,” katanya.
I Made menegaskan, menghadapi bencana bagi anak-anak akan lebih berat daripada orang dewasa, karena mereka masih kurang memahami apa yang sedang terjadi.
Anak-anak juga belum punya pengalaman yang cukup untuk menghadapi kondisi-kondisi yang sulit seperti itu.
“Kami ajak bicara anak tentang apa yang mereka rasakan. Mengajak anak berdiskusi tentang apa yang terjadi. Bermain dan memberikan hadiah bisa meringankan beban yang mereka alami,” kata Made.(man/den/ipg)