Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengajak BMKG, perguruan tinggi dan semua pihak untuk ikut serta dalam berkolaborasi memberikan literasi perubahan iklim kepada masyarakat.
Literasi ini penting agar masyarakat mendapatkan informasi awal dan mengetahui bagaimana cara melakukan mitigasi, terhadap dampak perubahan iklim, terutama dalam sektor pertanian dan kelautan.
“Jadi ada tindak lanjut yang bisa kita kolaborasikan, yaitu program literasi iklim kepada petani dan nelayan,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk bertajuk ‘Ancaman Climate Change, Bagaimana Sektor Pertanian dan Kelautan Nasional Menghadapinya?’, Rabu (24/11/2021).
Menurut Anis Matta, masyarakat bisa melakukan mitigasi apabila mendapatkan informasi awal , sehingga hal itu membawa dampak pada peningkatan kesejahteraan mereka.
Ketua Umum Partai Gelora ini berharap Badan Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) dan perguruan tinggi bisa mempelopori program literasi perubahan iklim ini.
“Jadi program literasi iklim ini, saya kira tema kerja sama yang sangat menarik, memberikan penjelasan kepada masyarakat maupun pelatihan-pelatihan,” kata dia.
Satu di antara cara memberikan literasi tersebut, adalah melalui ajakan untuk menanam pohon untuk menghadapi perubahan iklim. Pada 28 November nanti, Partai Gelora akan mencanangkan program Gelora Tanam 10 Juta Pohon di Jawa Barat.
“Jika kader kami saat ini lebih dari setengah juta orang, maka kira-kira setiap kadernya akan menanam sekitar 20 pohon terhitung dalam dua tahun kedepan, terhitung dari dari tanggal 28 November sampai dengan November 2023,” jelasnya.
Partai Gelora, lanjutnya, ingin menginspirasi masyarakat untuk menanam pohon. Sebab, dampak perubahan iklim itu merupakan ancaman keamanan nasional, selain ancaman keselamatan dan kelangsungan hidup kita di planet ini.
“Selama ini, respon terhadap isu perubahan iklim dinilai masih ‘slow respon’, padahal dibutuhkan ‘sense of urgency’ (keterdesakan), respon cepat dan tanggungjawab bersama,” ungkapnya.
Ardhasena Sopaheluwakan Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG mengatakan, dalam menyikapi perubahan iklim ini, BMKG telah membuat Sekolah Iklim yang memberikan pelatihan lapangan kepada petani dan nelayan.
“Kita memberikan layanan informasi cuaca ekstrem untuk para petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Kalau nelayan, kita memberikan berbagai macam prediksi gelombang dan arus,” ujar Ardhasena.
Sementara Akhmad Faqih Wakil Dekan FMIPA IPB mengatakan, IPB telah memberikan bantuan kepada pemerintah untuk melakukan penyebaran informasi mengenai penanggulangan bencana dan adaptasinya.
“Kami juga terlibat memberikan pelatihan di 10 kota, bagaimana agar mereka bisa menyusun sistem informasi adaptasi perubahan iklim,” kata Akhmad Faqih.
Rully Syumanda Ketua Bidang Lingkungan Hidup DPN Partai Gelora menambahkan, literasi perubahan iklim ini diperlukan untuk menjelaskan kebingungan semua pihak, bagaimana memulai upaya menghadapi perubahan iklim tersebut.
“Perlu kerjasama seluruh pihak untuk menjelaskan tentang perubahan iklim itu seperti apa? Bagaimana saya melakukannya, bagaimana saya memulainya?. Itulah pertanyaan kebingungan kita, sehingga perlu ada literasi perubahan iklim,” kata Rully.
Hal senada disampaikan mantan Rofi’ Munawaranggota Komisi IV DPR. Dia mengatakan, keseriusan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim saat ini dipertanyakan.
“Apakah betul kita sudah melakukan kegiatan adaptasi yang bersesuaian, atau kegiatan mitigasi tersebut bisa mereduksi emisi kita. Artinya pengukuran verifikasi secara tidak langsung juga penting, bukan hanya janji-janji,” kata Rofi’.(faz/ipg)