Sabtu, 23 November 2024

Khofifah: Jatim Butuh Rumah Sakit Tipe A di Madura dan Pantura

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim saat memaparkan kebutuhan tentang rumah sakit Tipe A di Jatim. Foto: Denza suarasurabaya.net

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur menyatakan, sebenarnya Jatim membutuhkan sejumlah rumah sakit (RS) tipe A seperti RSUD Dr Soetomo Surabaya di wilayah Madura dan Pantura.

“Saya sudah sampaikan ini ke Kementerian Kesehatan. Dua kali menteri. Karena kalau dari Sumenep-Pamekasan dirujuk ke Soetomo itu kejauhan,” ujarnya di Mayapada Hostpital Surabaya, Senin (22/11/2021).

Tidak hanya itu, Khofifah juga sudah menyampaikan kebutuhan rumah sakit tipe A untuk wilayah Pantai Utara (Pantura).

“Apakah itu di Bojonegoro, apakah di Lamongan. Kebutuhannya sama. Ya, setara dengan rumah sakit tipe A juga,” katanya.

Khofifah pun menyampaikan tantangan pengadaan rumah sakit tipe A di dua wilayah itu memang tidak mudah. Selain infrastruktur, kelengkapan alat kesehatan juga sangat menentukan.

“Nah sebenarnya bukan hanya infrastruktur fisiknya. Tapi juga kelengkapan alkesnya, itu juga tidak sederhana. Alkes ini juga jadi bagian untuk meyakinkan pasien, di sini mereka bisa terlayani dengan baik. Dan tidak murah,” ujarnya.

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan itu, Khofifah mengeklaim bahwa sejumlah Kerja Sama Operasional (KSO) di sejumlah rumah sakit sudah dilakukan.

Sayangnya dia tidak menyampaikan, apa hasil dari KSO yang sudah dilakukan itu sementara dirinya menyampaikan bahwa sampai saat ini kebutuhan RS Tipe A di dua wilayah itu belum terpenuhi.

Pemprov Jatim, kata Khofifah, juga sedang mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit yang memadai di daerah kepulauan di Jawa Timur. Salah satunya di Sumenep.

“Untuk kebutuhan rumah sakit di kepulauan, antara lain terkendala power plant. Jadi support listrik juga terus kami komunikasikan. Sekarang pergantian GM dari PLN. Terus ke DJP Jawa Bali, kami juga terus menyampaikan, elektrifikasi masih menjadi problem kekuatan daya yang bisa memberikan suplai ke rumah sakit yang kami harapkan,” katanya.

Di luar masalah infrastruktur dan alkes yang mahal, serta kurangnya daya dukung elektrifikasi di daerah kepulauan, masalah lain yang Khofifah sampaikan adalah pemerataan dokter spesialis.

“Kemudian dokter spesialis, itu problemnya adalah pemerataan, terutama untuk daerah di kepulauan. Seperti di Sumenep. Sumenep itu punya 126 pulau,” ujarnya.

Pemprov Jatim, kata Khofifah, sedang menjajaki kerja sama dengan Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

“Sedang kami komunikasikan dengan Unair, termasuk kepada Pak Rektor. Kemudian beberapa bupati di wilayah Madura, supaya ada dokter yang bisa mengikuti pendidikan dokter spesialis sesuai kebutuhan,” ujarnya.

Komunikasi dengan bupati di wilayah Madura itu dia lakukan agar pemimpin daerah itu bisa mengalokasikan beasiswa dari APBD untuk para dokter yang menempuh pendidikan spesialis.

“Dengan begitu, memungkinkan mereka (para dokter) harus membaktikan ilmunya (di Madura) setelah mereka selesai menjadi dokter spesialis,” kata Khofifah.

“Jadi identifikasi seperti itu sudah kami lakukan. Sekarang ini sudah mulai masuk beasiswa untuk kedokterannya, untuk spesialisasinya sudah dilakukan pencocokan,” ujarnya.

Tidak hanya dengan Unair, Khofifah mengatakan, dalam waktu dekat dia juga akan berkomunikasi dengan Universitas Brawijaya untuk kebutuhan dokter sepesialis di Bondowoso dan Situbondo.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya dalam kesempatan yang sama menyampaikan, kebutuhan dokter spesialis di Surabaya juga masih belum terpenuhi.

“Surabaya ini Ibukota Provinsi Jatim. Tidak hanya melayani warga Surabaya, tapi bahkan Indonesia Timur itu semuanya ada di kota Surabaya. Maka mau tidak mau kita masih membutuhkan banyak tenaga spesialis,” ujarnya.

Pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di Surabaya, kata Eri, memungkinkan untuk memenuhi target agar Surabaya sukses dalam menjalankan target dari Kementerian Pariwisata sebagai Kota Medical Tourism.

“Salah satunya di Mayapada ini. Saya berterima kasih, meski sudah berstandar internasional, bahkan tidak kalah dengan di luar negeri, tapi masih menerima BPJS kesehatan maupun BPJS ketenagakerjaan,” katanya.

Jonathan Tahir Grup CEO Mayapada Hospital pun mengatakan, Mayapada tidak akan berhenti pada pembangunan Mayapada Hospital Surabaya. Sudah ada sejumlah rencana yang akan dilakukan.

“Ini adalah yang pertama tapi bukan yang terakhir. Kami sudah punya rencana membangun (rumah sakit) di Surabaya bagian timur. Tunggu saja. Kami juga akan kembangkan laboratorium dan klinik,” ujarnya.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs