Terkait temuan pengaturan skor di Liga 3 Indonesia, Ahmad Riyad Ketua Asprof PSSI Jatim menyatakan, kejahatan itu berkaitan kepentingan judi bola online.
Komisi Disiplin PSSI Jatim pun sudah melakukan sidang berkaitan kasus itu hingga memunculkan sejumlah tersangka yang harus dikenai sanksi.
“Karena yang dapat dijangkau oleh PSSI hanya Family Football, pelatih, pengurus, pemain, maka oknum pihak ketiga yang terlibat akan kami laporkan ke Polda Jatim Senin besok,” kata Riyad kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (20/11/2021).
Dia menjelaskan, awal mula temuan pengaturan skor di Liga 3 ini bermula dari laporan manajemen tim yang melihat adanya kejanggalan.
“Awalnya, kan, langsung ke pemain. Pelaku mempengaruhi pemain untuk mengalah. Untungnya manajemen tim itu ketat sehingga ketika ada kejanggalan langsung dilaporan ke Komdis PSSI,” ujarnya.
Ahmad Riyad menjelaskan, hasil pengembangan kasus itu menemukan ada sejumlah oknum dari luar yang mempengaruhi orang dalam untuk mengatur skor.
Akan tetapi lobbying dari oknum tersebut ditolak oleh pihak tim.
“Jadi kasus ini belum sempat terjadi, karena adanya penolakan dari pihak tim dan langsung dilaporkan oleh manajemen ke Komdis,” jelasnya.
Dalam penjelasan Riyad, bagi oknum yang berada di lingkungan sepakbola, mereka dijatuhi hukuman tidak boleh terlibat dalam aktivitas sepak bola selama 10 tahun.
Sedangkan untuk pihak ketiga yang di luar kewenangan PSSI akan dilaporkan melalui jalur hukum melalui Polda melalui tim dari Komdis PSSI.
“Untuk liga 3 yang terlibat pengaturan skor ada beberapa pemain dan kurang lebih ada tiga orang yang terlibat dari pihak ketiga,” imbuhnya.
Pengaturan skor dalam liga yang baru bergulir satu bulan setengah ini menambah coreng-moreng dunia sepak bola tanah air.
“Saya juga heran kok laku liga 3 menjadi ladang pengaturan skor dan kepentingan judi bola,” katanya.
Tidak soal liga 3 yang jadi lahan pengaturan skor, dia juga menyoroti umur pemain yang masih belia di liga 3 tapi terkontaminasi hal-hal pragmatis.
“Usia di liga 3 kan sekitar 23 tahun umumnya, tapi mereka sudah dirusak dengan kasus semacam ini, mau jadi apa generasi sepak bola di masa depan?” Tegasnya.
Karena pertimbangan masa depan sepak bola Indonesia, Ahmad Riyad berharap Polda bisa menumpas kasus ini.
“Selain itu, pihak klub juga harus memperhatikan kesejahteraan pemain. Agar dengan adanya hal-hal semacam ini tidak gampang goyah. Mental pemain juga harus dibentuk fair play,” ujarnya. (wld)