Di tengah kesulitan pasti ada kemudahan. Barangkali ungkapan itu mewakili sejumlah orang yang teguh dengan pendiriannya untuk terus bersabar di tengah berbagai pembatasan selama Pandemi Covid-19.
Cak Rusdi alias Cak Ri, salah satunya. Pedagang nasi goreng di Sentra Wisata Kuliner (SWK) Dharmahusada, Surabaya itu merasakan sulitnya perekonomian selama satu setengah tahun Pandemi Covid-19.
Berkat ketekunan dan kegigihannya, mimpi besarnya untuk membeli rumah dari hasil tabungan berjualan nasi goreng justru terwujud di tengah masih berlakunya berbagai pembatasan Pandemi Covid-19.
Pria berusia 40 tahun itu mengakui, ketika pemerintah memberlakukan pembatasan jam operasional di SWK sampai pukul 20.00 WIB, bahkan sempat tutup total, terasa begitu berat.
“Satu setengah tahun ke belakang itu sulit sekali. Kalau siang saya harus kerja lainnya karena pemasukan menurun. Padahal kebutuhan itu pasti ada. Kayak cicilan, juga uang sekolah anak,” ujarnya.
Tapi situasi yang sulit itu tidak membuatnya patah semangat. Dia tetap menjalani segala upaya dengan sabar demi keluarganya, termasuk dari keputusannya merambah dunia digital yang justru membawa berkah.
Sejak 2008 lalu, Cak Ri memutuskan untuk meneruskan usaha Nasi Goreng yang dirintis ayah mertuanya selama puluhan tahun di pinggiran Jalan Dharmahusada, Surabaya, dengan pelbagai rintangannya.
Dia sudah mengalami semua suka dukanya. Pernah dikejar Satpol PP, diminta pindah lokasi, pernah merugi karena gagal berjualan, tapi sekaligus dari hasil jualan itu dia mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Ketika banyak pedagang kaki lima menolak pindah ke SWK karena menganggap berjualan di dalam sentra kuliner itu sepi, 2016 lalu Cak Ri memutuskan mengikuti anjuran Pemkot Surabaya.
Saat itu, aplikasi layanan pesan antar, salah satunya yang disediakan oleh Gojek mulai populer. Cak Ri termasuk yang dapat tawaran untuk bergabung dalam ekosistem digital itu meski awalnya ragu-ragu.
“Awalnya belum langsung gabung, eh tetapi semua orang (pedagang lain) tiba-tiba rame pesanan. Akhirnya saya ikut bergabung dan ternyata terasa sekali manfaatnya,” kata dia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, menu nasi goreng jawa, nasi goreng mawut, nasi goreng krengseng, mie goreng, dan bihun dengan resep keluarga Cak Ri laris manis di aplikasi Gojek.
“Sejak bergabung dengan Gojek, makin banyak yang mengenal saya dan jadi langganan juga di aplikasi GoFood. Terbukti pemanfaatan teknologi bisa membantu saya dan teman-teman di sini,” ujarnya.
Dia tidak berhenti bersyukur, selama berjualan nasi goreng sejak 2008, hasil terbesar yang dia rasakan justru pada Bulan Ramadan sekitar Mei 2021 lalu.
Dari hasil penjualan nasi goreng saat itu, ditambah “tabungan”-nya, dia bisa membeli rumah di sekitar SWK Dharmahusada dan tidak perlu lagi pindah-pindah rumah kontrakan.
Kalau Cak Ri berhasil membeli rumah, Shafiyuddin berhasil mewujudkan mimpi lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang dia pelajari berkat pendapatannya sebagai driver Gojek.
Pemuda yang akrab disapa Didin itu akhirnya lulus kuliah di Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Hang Tuah Surabaya, Maret 2021 lalu. Semua terwujud setelah berbagai rintangan sebagai driver Gojek dia lalui.
Didin memutuskan bergabung dengan Gojek sejak akhir 2019 lalu karena ayahnya tidak mampu lagi membiayai kuliahnya.
Tahun itu, toko besi bangunan di kawasan Jagir, Wonokromo, Surabaya yang dirintis ayahnya berpuluh tahun lamanya tutup karena ayahnya tidak mampu lagi membayar biaya sewa toko.
Pelan-pelan, sebagai bagian dari dua juta lebih mitra driver se-Asia Tenggara di aplikasi on-demand buatan Anak Bangsa itu, Didin mulai menabung untuk membiayai kuliahnya.
Semuanya berjalan lancar sampai akhirnya pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Pahlawan. Didin hampir putus asa karena pendapatan hariannya menurun begitu drastis.
“PSBB itu parah-parahnya. Sehari dapat tiga orderan itu bagus banget. Karena waktu itu orang lebih milih belanja bahan makanan buat stok di rumah. Orderan GoFood yang jadi andalan, sepi,” ujarnya.
Di masa sulit itu Didin bertahan. Dia selalu ingat pesan orang tuanya untuk terus bersabar di tengah situasi apapun. Sampai akhirnya dia berhasil lulus kuliah pada Maret 2021 lalu dan bersiap meraih pekerjaan impian.
Namun, ketika sejumlah kawannya sesama alumni Teknik Perkapalan Universitas Hang Tuah Surabaya sudah mulai berangkat ke Batam, Didin harus gigit jari. Modalnya belum mencukupi.
Untung saja, situasi Pandemi Covid-19 berangsur normal. Dia kembali berjibaku di jalanan, tidak pilih-pilih orderan tumpangan maupun makanan. Semua dia jalani dengan tekun dan penuh kesabaran.
Agustus kemarin, Didin berangkat ke Batam. Tidak sampai sebulan di Batam, dia sudah dapat panggilan bekerja di PT Batamec Shipyard, perusahaan galangan kapal yang baru saja menasional.
“Saya harus mengakui, Gojek telah membantu saya mewujudkan impian,” katanya.(den)