Hari Ayah Nasional diperingati di Indonesia pada 12 November melalui upaya dari organisasi Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP).
Pada awalnya PPIP berusaha mencari informasi tentang hari Ayah di Indonesia lalu melakukan audensi dengan legislator di Surakarta.
Mereka tidak dapat jawaban memuaskan, sehingga setelah melalui kajian yang cukup panjang, PPIP menggelar deklarasi Hari Ayah.
Hari ditetapkan pada 12 November 2006 di Indonesia. Deklarasi itu digabung dengan hari kesehatan dengan mengambil semboyan ‘Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jayah’.
Hari Ayah Nasional jadi momentum bagi setiap keluarga untuk menyadari pentingnya menjalin hubungan erat antara anak dan orang tua sejak dini.
Hubungan itu akan mempengaruhi perkembangan psikologi anak di masa mendatang.
Pada momentum Hari Ayah Nasional, Kasandra Putranto Psikolog Universitas Indonesia mengatakan, figur ayah sangat penting di dalam keluarga.
Menurutnya seorang ayah adalah sebagai sosok pelindung dan pemberi contoh bagi anak.
“Figur ayah sangat penting dalam keluarga, karena ayah berperan sebagai pemberi nafkah, pemimpin, pelindung dan pendidik keterampilan anak sebagai seorang pemberi contoh,” ujar Kasandra dikutip Antara, Jumat (12/11/2021).
Lebih lanjut, Kasandra menjelaskan ada perbedaan dampak psikologis antara anak yang dekat dengan ayah dan yang tidak.
Dalam penjelasannya, anak yang tidak dekat dengan sosok ayahnya akan mengalami krisis identitas.
“Salah satu dampak buruk yang terjadi akibat karena tidak ada kehadiran ayah dalam kehidupan anak adalah terjadinya krisi identitas dan perkembangan seksual anak,” ujarnya.
Menurut Kasandra, selain krisis identitas, seorang anak juga bisa mengalami gangguan psikologis di usia dewasa.
Di antaranya bisa merasa kesepian, kecemburuan, rendahnya harga diri, rasa malu, dan rendahnya kontrol diri.
“Dampak lain anak yang tidak dekat dengan ayah adalah mengalami ketidakmampuan memecahkan masalah sehingga sering memberontak dan ada perasaan marah yang sulit di kontrol,” ujarnya. (ant/wld/den)