Jumat, 22 November 2024

Efikasi Animal Trial Vaksin Merah Putih 93 Persen, Siap Uji Coba ke Manusia Awal Desember

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Vaksin Merah Putih. Foto: Ilustrasi

Tingkat efikasi dari tahap uji coba terhadap hewan (animal trial) dan pre clinical trial vaksin Merah Putih menunjukkan capaian 93 persen. Selanjutnya, vaksin siap diuji cobakan ke manusia (human trial) pada awal Desember 2021.

Hal itu diungkapkan oleh Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si adalah Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Universitas Airlangga.

“Vaksin sudah melalui animal trial, lalu pre clinical trial. Setelah pre clinical trial, satu per satu tahap dilewati dan ada transgenik di dalamnya ada acceptor human,” kata Nyoman kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (12/11/2021).

“Dua hasil ini memberikan efikasi 93 persen, tentu ini hasil yang bagus. Baru uji klinik (human trial) awal Desember,” lanjutnya.

Nyoman mengatakan, vaksin Merah Putih telah melewati banyak tahapan sejak awal pengembangan pada 2020 lalu. Selama itu, pengembangan vaksin terus dipantau oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika nantinya uji coba kepada manusia berjalan lancar dengan hasil efikasi diatas 50 persen, merupakan syarat efikasi yang diterapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin Merah Putih ditargetkan dapat diproduksi massal pada tahun 2022.

“Awal 2020 sampai 2021 sekarang, semua berjalan lancar. Jika hasil uji klinis bagus, tahun depan bisa produksi massal,” kata Nyoman.

Mengenai varian virus Covid-19 yang terus berkembang, juga tak luput dari perhatian tim pengembang vaksin Merah Putih.

Nyoman mengatakan, pihaknya sudah melakukan uji tantang vaksin terhadap varian virus Covid-19 terbaru saat uji coba kepada hewan. Hasilnya, vaksin Merah Putih dapat mentralisir varian baru tersebut.

“Artinya, setelah divaksin, hewan-hewan itu ditantang virus dengan varian baru, seperti varian Delta kemarin. Bakal vaksin ini masih bisa mentoleransi varian-varian yang saat ini beredar,” jelasnya.

Hal ini dikarenakan, meski banyak varian baru bermunculan, namun ‘induk’ varian tersebut tetap sama. Yakni varian yang muncul dari Wuhan, China, yang kemudian bermutasi menjadi varian Alpha di Inggris (B.1.1.7), Beta di Afrika Selatan (B.1.351), Gamma di Brazil (P.1) dan Delta di India (B.1.617.2).

“Dari sisi mutasi varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, induk variannya tetap yang muncul pertama di Wuhan. Sehingga desain kami dari bakal vaksin virus varian pertama sudah tepat,” ungkapnya.

Mengenai tingkat efikasi vaksin saat uji klinis Desember nanti, menurut Nyoman, tingkat efikasi akan tergantung dengan sampel yang diambil. Sampel relawan yang dipilih dengan dicek kesehatannya terlebih dahulu, tentu akan berbeda dengan pengambilan sampel relawan secara acak.

“Seleksinya apa saja itu dokter yang tahu, seperti syarat kesehatan relawan. Karena efikasi itu tergantung sampel yang diambil dari relawan. Kecuali kalau acak, tentu akan berbeda hasilnya jika relawan dicek dulu kondisinya,” paparnya.

Namun ia memastikan, akan ada dua klaster usia dalam uji coba klinis tersebut, yakni relawan dengan usia di atas 18 tahun dan di atas 60 tahun.

Tahapan uji coba kepada manusia vaksin Merah Putih akan di bawah wewenang RSUD dr. Soetomo, karena human trial menjadi tanggung jawa pakar medis.(tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs