Sabtu, 23 November 2024

Staf Air Asia Akui Adanya Perintah Riza Chalid Loloskan Eddy Sindoro

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Lucas (kedua kanan) terdakwa kasus dugaan merintangi penyidikan KPK,berjalan keluar seusai mengikuti sidang lanjutan dengan agenda putusan sela, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (29/11/2018). Foto: Antara

Dwi Hendro Wibowo Ground staff Air Asia mengaku diperintah oleh Riza Chalid sekretaris yang merupakan komisioner maskapai tersebut untuk meloloskan petinggi Lippo Group di bandara Soekarno Hatta tanpa melalui pintu imigrasi.

“Karena sehari-hari saya meng-handle tamu VIP atas perintah dari Ibu Dina Soraya, lalu pada 18 Agustus 2018 saya diinfo Bu Dina. Saya pikir ini pekerjaan kantor,” kata Dwi Hendro Wibowo alias Bowo di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Bowo bersaksi untuk terdakwa Lucas yang didakwa membantu pelarian Eddy Sindoro selaku terdakwa dugaan tindak pidana korupsi memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara, terkait dengan pengurusan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sejak 2016.

Dina yang dimaksud adalah Pegawai PT Gajendra Adhi Sakti, Dina Soraya. Dina juga adalah sekretaris Riza Chalid komisaris Air Asia.

Dalam dakwaan disebutkan bahwa Lucas mengatur agar Eddy Sindoro yang harus dipulangkan dari Malaysia karena menggunakan paspor palsu dapat langsung terbang ke Bangkok tanpa diketahui imigrasi.

“Seharusnya tidak bisa kalau tidak lewat imigrasi, tapi saya ada teman yang biasa mengurus penumpang transit, jadi dia yang mengurus check in dan mengurus boarding pass,” ungkap Bowo dilansir Antara.

Dalam dakwaan disebutkan Bowo memerintahkan M Ridwan Staff Customer Service Gapura mencetak boarding pas atas nama Eddy, Jimmy dan Michael tanpa kehadiran yang bersangkutan untuk diperiksa idendtitasnya.

Bowo juga memerintahkan Andi Sofyar selaku petugas Imigrasi bandara Soetta untuk stand by di area imigrasi Terminal 3 dan melakukan pengecekan status pencegahan/pencekalan Eddy Sindoro.

“Saya tanya kondisi Pak Eddy bagaimana ke teman saya yang orang imigrasi, katanya penumpang ini tidak ada catatan apapun bahwa penumpang ini tidak ada masalah cekal. Saya juga pernah handle Pak Riza Chalid. Bu Dina mengatakan minta saja kalau kamu mau tetap kerja di sini,” jelas Bowo dilansir Antara

Menurut Bowo, status Eddy Sindoro pada 29 Agustus 2018 belum pada status cekal dan baru 5 September dikeluarkan perintah cekal. Sehingga pada 29 Agustus 2018 tersebut, Eddy Sindoro dan rekannya dari Singapura bernama Jimmy dapat langsung terbang ke Bangkok tanpa diketahui pihak Imigrasi menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Atas jasanya tersebut, Bowo pun mendapat imbalan uang dari Dina.

“Bu Dina kasih satu kali 33 ribu dolar Singapura itu, pada 25 Agustus di lot 9. Sebelumnya ada Rp10 juta untuk transfer pembelian tiket,” ungkap Bowo.

Setelah Eddy Sindoro berhasil meninggalkan Indonesia, Bowo memberikan sebagian uang dari Lucas kepada orang-orang yang telah membantunya yaitu Yulia Shintawati Duty Executive PT Indonesia Air Asia sejumlah Rp20 juta, M Ridwan Staff Customer Service Gapura sejumlah Rp500 juta dan 1 ponsel Samsung A6, Andi Sofyar Petugas Imigrasi di Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sejumlah Rp30 juta dan 1 posen Samsung A6, dan David Yoosua Rudingan sejumlah Rp500 ribu.

Lucas lalu ditangkap penyidik KPK pada 1 Oktober 2018. Eddy Sindoro kemudian menyerahkan diri ke penyidik KPK pada 12 Oktober 2018.(ant/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs