Unjiati SKM, M.Kes Ahli Gizi dari Rumah Sakit Haji Surabaya mengatakan, kandungan gizi dalam tiap-tiap mi berbeda-beda namun yang tertinggi adalah karbohidrat karena bahan dasarnya adalah tepung terigu.
Bahkan mi juga dapat digunakan sebagai pengganti nasi sebagai sumber energi dan karbohidrat.
Agar tetap mengandung gizi seimbang dalam setiap sajiannya, Unjiati menyarankan agar mi diolah dengan menambahkan sumber gizi lain seperti protein, vitamin, mineral, dan serat.
“Dalam mi, kandungan terbanyak karbohidrat jadi perlu ditambahkan bahan makanan yang lain supaya apa yang kita makan jadi seimbang, bisa ditambah sayur dan protein hewani. Ini akan melengkapi komposisi zat gizi dalam makanan kita dengan mi sebagai sumber karbohidrat,” kata Unjiati kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (31/10/2021).
Dalam pengolahannya, kata Unjiati, masyarakat harus memperhatikan komposisi mi yang biasanya dicantumkan dalam kemasan. Ini untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam tubuh agar tidak berlebih bahkan kurang antara satu kandungan dengan lainnya.
“Karena dalam mi selain karbohidrat, garamnya juga tinggi. Kalau konsumsi garam tinggi juga tidak baik untuk tubuh. Kandungan dalam satu bungkus mi 860-890an natrium padahal kebutuhan tubuh 1.500. Itu belum kandungan garam dari makanan lain yang kita konsumsi,” ujarnya.
Senada dengan Unjiati, Dokter Deca, dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Dr. Soetomo juga menambahkan dalam mengolah mi instan agar dibarengi dengan tambahan gizi lainnya.
“Kalau kita konsumsi mi instan aja jadi gampang lapar dan akan menambah nafsu makan yang berlebih setelahnya. Kalau makan harus bisa tahan dan jangan makan mi sebagai camilan,” terangnya.
Agar dapat membakar kalori berlebih dalam tubuh dari mengonsumsi mi secara berlebihan, dia juga menjelaskan ada empat poin penting yang bisa dilakukan yaitu melakukan aktivitas fisik, diet, pola istirahat dan manajemen stres yang baik.(dfn/den)