Telinga merupakan organ tubuh yang digunakan untuk mendengar. Telinga terbagi menjadi 3 bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Untuk menjaga organ pendengaran maka kebersihannya juga harus dijaga. Seperti yang diketahui kebanyakan orang menggunakan cotton bud untuk membersihkan telinga.
Menanggapi hal tersebut dr. Rosydiah Rahmawati, Sp.THT-KL(K) yang merupakan konsultan THT-KL bidang Otologi sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) mengatakan bahwa membersihkan telinga dengan cotton bud tidaklah dilarang namun harus hati-hati.
“Karena jenis kotoran itu bermacam-macam. Sebenarnya kotoran telinga itu berada di sisi luar, kadang gerakan membersihkan dengan cotton bud itu bisa mendorong kotoran malah masuk ke dalam. Itu yang dikhawatirkan,” kata dr. Rosydiah, Sabtu (23/10/2021).
“Kalau kotorannya hanya sedikit kemudian lembek dan dibersihkan hanya di luar itu tidak masalah. Tapi kalau kotorannya produksi banyak, besar, keras, dan cenderung bertumpuk maka kalau dibersihkan sendiri dengan cotton bud justru malah kedorong masuk,” imbuhnya.
Selain itu seperti yang diketahui bahwa penggunaan obat tetes telinga yang dijual di pasaran menjadi salah satu cara untuk membersihkan telinga.
Namun Rosydiah menegaskan bahwa memang terdapat obat tetes telinga yang dapat digunakan untuk melunakkan kotoran tetapi harus diresepkan oleh dokter spesialis THT-KL atau dokter umum.
“Kalau masyarakat beli sendiri tanpa resep dokter, terkadang tidak tepat,” tegasnya.
Kondisi liang telinga setiap orang berbeda, untuk membersihkannya secara aman Rosydiah menerangkan bahwa ada kalanya seseorang disarankan untuk pergi ke dokter spesialis THT-KL.
“Mungkin ada kalanya lebih baik dibersihkan ke dokter THT supaya mengetahui kondisi kotoran dan liang telinga. Sehingga tahu bagaimana selanjutnya apakah bisa dibersihkan sendiri atau memang harus ke dokter THT untuk membersihkan kotoran telinga,” terangnya.
Jangka waktu untuk membersihkan telinga adalah 1 kali dalam seminggu jika kotoran telinga sedikit serta memiliki kandungan minyak yang banyak sehingga konsistensinya lunak dan bisa dilakukan secara mandiri dengan hati-hati. Sedangkan bila kotoran telinga banyak dan menumpuk sehingga menutup liang telinga maka disarankan membersihkannya 6 bulan sekali di dokter THT-KL.
Berbicara tentang kotoran telinga ternyata tidak hanya memiliki dampak negatif tetapi juga memberikan dampak positif. Kotoran telinga yang diproduksi sejak manusia lahir ini ternyata bersifat fisiologis.
“Sangat berguna untuk melindungi telinga misal agar tidak kemasukan benda asing, kemasukan hewan, menjaga kelembaban telinga sehingga tidak mudah infeksi pada liang telinga. Jadi tubuh kita ada mekanisme, kalau kotoran banyak dia akan mengeluarkan sendiri dengan pergerakan
rahang dan rambut-rambut di liang telinga,” jelasnya.
Rosydiah turut berpesan kepada masyarakat untuk tidak merasa cemas akan kotoran yang ada di telinga.
“Don’t worry about serumen atau kotoran telinga. Jadi kotoran telinga itu bukan sesuatu yang menakutkan, kotoran telinga adalah sesuatu yang fisiologis yang banyak fungsinya untuk liang telinga. Pada kondisi tertentu memang jumlahnya banyak jadi bisa periksa ke dokter THT untuk memastikan bentuk, jumlah kotoran, dan cara penanganannya,” pungkasnya.(ipg)