Sektor pariwisata adalah salah satu yang terpuruk karena pandemi Covid-19. Penurunan devisa di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif hingga 85 persen. Kemudian ada lebih dari 500 ribu pelaku pariwisata serta 400 ribu pelaku ekonomi kreatif yang kehilangan lapangan kerja. Hal ini disampaikan oleh Henky Hotma Parlindungan Manurung, Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf.
Agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air dapat bangkit kembali, diperlukan kerjasama segenap komponen bangsa, tak terkecuali kalangan mahasiswa. Sebab mahasiswa sebagai generasi penerus bisa jadi agen kebangkitan yang berperan aktif menggerakkan perekonomian di masa yang akan datang.
“Meningkatkan keterampilan sejak dini akan memberikan dampak positif bagi potensi generasi mendatang. Potensi mahasiswa bisa diasah, salah satunya dengan memulai menjadi enterpreneur muda yang kreatif dan inovatif,” jelas Henky Hotma Parlindungan Manurung, dalam acara Komsos Pusterad dengan Akademisi Tingkat Nasional Tahun 2021′ di Surabaya, Kamis (21/10/2021).
Lebih lanjut Henky mengungkapkan, sebagai agen perubahan di bidang pariwisata, ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa. Di antaranya mempromosikan tempat wisata daerah asalnya, mendukung pariwisata berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi, menggunakan media sosial sebagai platform promosi pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Mahasiswa juga bisa menjadi contoh dalam penerapan protokol kesehatan dan disiplin CHSE (cleanlines, health, safety, environment sustainbility). Jangan lupa juga untuk menggunakan hastag dari Kemenparekraf, misalnya hastag Bangga Buatan Indonesia, atau hastag di Indonesia Saja,” tuturnya lagi.
Sementara itu Letkol Inf Amir Syarifudin, Kabagkomsos Subditbinkombak TNI Sdirter Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad) mengungkapkan, komsos dengan akademisi ini mengambil tema ‘Membangun Karakter Generasi Muda Bangsa’ yang diikuti 100 mahasiswa perwakilan dari PTN/PTS di seluruh Indonesia.
Dengan adanya komunikasi sosial atau komsos ini, lanjutnya, diharapkan dapat menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan minimal untuk lingkungannya sendiri.
“Paling tidak adik-adik ini bisa menjadi agen perubahan untuk karakter yang positif minimal bagi lingkungannya. Kalau ngomong sama teman sendiri kan jauh lebih enak, apa saja bisa diomongkan tanpa sungkan,” katanya.(man/ipg)