Jumat, 22 November 2024

Lima Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi, perayaan Grebek Maulid di Kota Madiun pada 2011. Foto: Antara

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momentum bagi masyarakat muslim di seluruh dunia dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi’ul Awal.

Dalam bangsa Arab, menurut catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015) perayaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah.

Catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. Dalam catatan itu dijelaskan seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M).

Yang merupakan ibu Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madina dan memerintahkan penduduk mengatakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Berbagai belahan dunia juga memperingati Maulid Nabi dengan cara yang berbeda-beda tentunya. Sama halnya dengan di Indonesia sebagai negara majemuk yang memiliki berbagai budaya, suku, dan bahasa.

Masyarakat Jawa sendiri misalnya merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain. Berikut adalah tradisi peringatan Maulid Nabi dari berbagai tradisi di Indonesia.

1. Grebek Maulid, tradisi Kesultanan Yogyakarta

Masyarakat di Yogyakarta memiliki tradisi rutinan yang digelar tiap tahun, yakni Grebek Maulid. Perayaan ini dilakukan setiap tahun oleh Keraton Yogyakarta.

Masyarakat Yogyakarta biasanya selalu antusisas memenuhi halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta untuk berusaha mengambil gunungan yang dikeluarkan Keraton.

2. Meuripee, tradisi patungan masyarakat Banda Aceh

Masyarakat di Desa Lamglumpang, Banda Aceh merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan memasak bersama. Kuah seperti kari dengan bahan utama daging sapi menjadi menu wajib. Uniknya seluruh persiapan dan pendanaan dilakukan secara gotong royong.

3. Peringatan Maulid di Karst Rammang-rammang, Maros, Sulawesi Selatan

Di Maros, Sulawesi Selatan, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi mengarak ratusan paket makanan menggunakan lebih dari 50 unit perahu. Selain wujud kecintaan terhadap Nabi.

Perayaan yang dilakukan di sungai adalah sebagai bentuk rasa syukur warga atas nikmat sungai yang selama ini sebagai mata pencarian masyarakat setempat.

4. Festival Endhog-endhogan, tradisi masyarakat Banyuwangi

Masyarakat Banyuwangi memperingati pengalaman spirit gotong royong dalam peringatan Maulid Nabi dengan menggelar tradisi endhog-endhogan.

Tradisi ini memiliki filosofi kepedulian sesama dengan berbagi, dengan mengarak ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak (wadah berisi nasi dan lauk pauk).

Setelah diarak, jodang dan ancak langsung dibawa ke masjid untuk dibacakan sholawat dan doa, lalu diakhiri dengan pembagian telur, dan masyarakat makan bersama.

5. Sebar Udikan, tradisi masyarakat Madiun

Warga Dusun Sukarejo, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Madiun merayakan Maulid Nabi dengan menyebar uang koin yang diwariskan dari nenek moyang.

Sebar udikan diikuti berbagai macam umur, mereka mengikuti acara ini untuk berebut koin senilai belasan juta rupiah yang disebar di halaman rumah warga.(wld/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs