Secara global, WHO menyebutkan setidaknya ada 2,2 miliar orang yang memiliki gangguan penglihatan jarak dekat atau jauh. Dalam setidaknya 1 miliar atau hampir setengah dari kasus ini, gangguan penglihatan belum ditangani dengan baik.
Mayoritas orang dengan gangguan penglihatan dan kebutaan berusia di atas 50 tahun. Namun, kehilangan penglihatan saat ini bisa dialami orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru baru ini kembali mengingatkan peran orangtua agar mengatur dengan baik kontaminasi gadget pada anak di bawah usia 5 tahun atau balita. dr. Maxi Rein Rondonuwu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes mengatakan dampak gangguan kesehatan dari paparan gadget adalah masalah pada mata
“Orang tua sangat berpean untuk pengaturan pemakaian gadget, karena dampaknya bukan hanya mata, tapi juga perubahan perilaku, anak-anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Biasanya anak-anak di bawah 5 tahun durasinya 1 jam tapi diatas 5 tahun pemakaian gadget lebih panjang. Pembatasan penggunaan gadget pada anak sekarang tidak mudah lagi karena banyak kegiatan pakai gadget,” kata Asteria R Saroinsong S.Psi Psikolog Anak pada Radio Suara Surabaya, dalam program Wawasan yang mengangat bahasan tentang Hari Penglihatan Sedunia, Kamis (14/10/2021).
Dimana tema peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2021 atau World Sight Day tahun ini adalah Love Your Eyes atau Cintai Matamu.
Lebih lanjut, dalam pengaturan pemakaian gadget, Asteria menyarankan untuk membuat kesepakatan bersama anak, kapan waktu yang baik dalam pemakaian gadget dan kapan waktu istirahat atau berhenti dari gadget.
“Buat kesepakatan dengan anak, kapan boleh bermain gadget, yang penting anak diajak bicara. Jangan cuma dilarang, tapi dibahas dengan anak, lalu berilah mereka tugas-tugas sebagai gantinya. Intinya ada tiga, edukasi penggunaan gadget, mengelola waktu penggunaan dan beri kegiatan yang menyenangkan buat anak, jangan lupa orang tuanya juga harus ngasih contoh yang baik,” tambahnya.
Bagaimana jika anak sulit untuk diajak berkominasi, Asteria mengingatkan bahwa kehadiran anak adalah amanah dari Tuhan, “Ini tantangan kita sebagai ortu. kalau anak ga bisa kita ajak ngobrol ini alarm buat kita. Kenapa anak-anak ga bisa ngobrol sama kita, orang tua pasti kenal dengan karakter anak-anak kita. Kalo belum, ya kenali lebih dalam agar komunikasi kita lancar,”
Selain membangun komunikasi, psikolog perkembangan anak dari Layanan Psikologi Bijakasana Surabaya ini juga mengingatkan perlunya pembatasan penggunaan gadget pada balita di bawah 2 tahun.
“Sebaiknya kalo masih di bawah 2 tahun gak boleh pake gadget, kalau 3 tahun bisa satu jam aja. Nah orang tua harus bisa mengatur gimana caranya mengalihkan perhatian anak pada gadget. Jangan lupa ortu sebagai role model harus menjadi contoh yang baik. Harus bisa membatasi penggunaan gadget,” tambahnya.
Mengurangi durasi pemakaian gadget berarti mengurangi paparan radiasi layar gadget. Meningkatkan literasi kepada masyarakat tentang efek radiasi layar gadget yang bisa merusak mata, terlebih jika menggunakannya selama berjam-jam tanpa istirahat atau jeda sejenak dari melihat layar gadget, bisa menjadi solusi terbaik sebelum gangguan pada penglihatan menjadi masalah yang serius. (rst)