Sabtu, 23 November 2024

Gangguan Mata Anak Meningkat, Dokter Sarankan Usia di bawah Satu Tahun No Time untuk Gadget

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi anak-anak bermain gadget. Foto: iStock

Penggunaan gadget pada anak-anak meningkat seiring perkembangan teknologi, ditambah pandemi Covid-19 yang menjadikan gadget tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Alhasil, durasi penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai gangguan mata pada anak seperti amblyopia (mata malas), kesalahan bias (miopia, hiperopia, astigmatisme), mata juling hingga pecahnya pembuluh darah.

Dokter Niken Indah Nurwahyudiani SpM dari Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur (RSMM Jawa Timur) mengatakan, jumlah pengguna kacamata pada anak semakin hari semakin meningkat.

“Berdasarkan penelitian dari jurnal-jurnal yang kami baca, ada progresifitas kelainan mata bagi penggunaan gadget berlebihan khususnya pada anak-anak dan remaja,” kata dr. Niken dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Kamis (14/10/2021) dalam peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang tahun ini mengangkat tema “Love Your Eyes”.

Untuk itu, orang dewasa harus mulai aktif mengontrol kapan anak boleh menggunakan gadget, dan kapan waktunya mata mereka butuh beristirahat.

Mengutip dari penelitian Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), dr. Niken menyarankan agar anak-anak yang dibawah usia satu tahun, tidak diizinkan untuk menggunakan gadget.

“Kalau WHO sudah menetapkan guideline anak satu tahun ke bawah harus no time, tidak boleh terpapar gadget,” jelasnya.

Sedangkan untuk anak di bawah 2 tahun, penggunaan gadget harus kurang dari satu jam sehari. Anak-anak usia 3-4 tahun maksimal satu jam penggunaan gadget dalam sehari. Lebih dari itu, maka risiko gangguan mata pada anak semakin besar.

Ia menyadari, sejak pandemi, sekolah daring menjadi alternatif pola pembelajaran yang memaksa anak-anak dan remaja menggunakan gadget secara intens. Untuk itu, dr Niken menyarankan di luar pembelajaran daring, penggunaan gadget dibatasi hanya satu jam saja.

“Sekarang penggunaan gadgset untuk sekolah daring. Kalau untuk urusan sekolah memang nggak bisa di-cut. Tapi kalau di luar sekolah kita harus straight maksimal 1 jam,” tambahnya.

Menurutnya, pengawasan penggunaan gadget sejak dini dapat meminimalisir potensi gangguan mata anak saat dewasa. Dokter Niken menyebut, jika gangguan mata dialami anak dan mendapat penanganan dengan cepat, maka proses penyembuhannya juga lebih cepat dibanding orang dewasa.

Jika gangguan mata pada anak dibiarkan, maka gangguan mata akan semakin parah saat dewasa dan sulit untuk kembali pulih sepenuhnya mesti mendapatkan perawatan.

“Kalau anak-anak biasanya lebih cepat sembuh, kalau penanganannya cepat maka prognosisnya lebih baik. Kelainan refrasksi, mata malas, itu lebih cepat sembuh. Begitu juga pembuluh darah pecah recovery-nya lebih cepat,” imbuhnya.

Kesehatan mata pada anak ini penting dan mempengaruhi masa depan mereka. Contohnya saja, ada beberapa lini profesi yang memiliki standar kesehatan mata tertentu sebagai syarat penerimaan, seperti dokter, pilot, polisi, TNI dan lain-lain. Untuk itu penting bagi orangtua untuk tidak abai dalam menjaga kesehatan mata pada anak sejak dini.

Mengenai kacamata antiradiasi, menurut dr. Niken, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa kacamata antiradiasi memberikan dampak yang signifikan.

“Dari penelitian, kacamata antiradioasi tidak memberikan perbedaan bermakna. Kalau di pasien saya fifty fifty. Saya temukan ada progresifitas ukuran kacamata tidak terlalu bertambah dan yang tetap bertambah. Jadi silakan Anda tentukan sendiri. Tapi yang paling efektif yang mengontrol paparan gadget,” jelasnya.

Mata anak-anak khususnya Batita (di bawah 3 tahun), menurut dr. Niken membutuh lebih banyak waktu istirahat. Apalagi, masa-masa tersebut merupakan golden age yang bisa mempengaruhi kerja otak. Terpapar gadget sejak dini tentunya akan mempengaruhi perkembangan otak dan syaraf mata mereka.

Orangtua juga harus memperhatikan perkembangan anak secara rutin, karena anak-anak biasanya tidak mengatakan keluhan mata mereka.

“Tanda-tanda yang harus diwaspadai, anak-anak tidak pernah mengeluh matanya buram, maka yang tahu orang dewasa di sekitarnya. Dilihat perubahan habit. Misal, kalau menonton televisi jadi maju, mata juling, kalau baca jadi dekat, sering menabrak, jatuh, monggi itu segera diperiksakan,” imbaunya.

Dokter Niken menganjurkan untuk memberikan stimulus selain gadget, seperti membaca buku, bermain peran, membacakan dongeng dan lainnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs