Sebanyak 523 anak Surabaya ikut seleksi diklat sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Nantinya akan dipilih 60 pemain berbakat untuk didiklat oleh Pemkot Surabaya bersama tim pelatih.
M. Afghani Wardhana Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Surabaya saat pembukaan seleksi itu mengatakan bahwa seleksi ini diikuti oleh 523 anak Surabaya yang berusia 13, 14, dan 15 tahun. Nantinya, mereka akan diseleksi oleh Hanafing bersama timnya. Bahkan, ke depan tim seleksi akan melibatkan pemain-pemain legend dari Persebaya.
“Dalam seleksi ini, akan diambil 60 anak untuk ikut diklat sepak bola Surabaya. Mereka akan mengikuti program ini seminggu tiga kali, yaitu pada Jumat, Sabtu, dan Minggu, sehingga tidak mengganggu program mereka di klub mereka masing-masing, karena ada beberapa yang sudah ikut klub,” kata Afghan seusai membuka seleksi Diklat Sepak Bola Surabaya itu, Jumat (8/10/2021).
Menurutnya, Surabaya sebagai barometer persepakbolaan nasional yang sudah berjaya di masa lalu dan sangat luar biasa, akan diaktualisasikan kembali dan dibangkitkan kembali ke depannya. Tentunya, sesuai dengan arahan Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya, Diklat Sepak Bola Surabaya ini dapat mengembangkan talenta anak-anak Surabaya dalam dunia sepak bola.
“Kita berharap para peserta diklat ini bisa mewarnai persepakbolaan di tanah air ini. Kita berharap akan lahir Supriyadi -Supriyadi baru dari Diklat ini. Dulu Supriyadi juga diasah dari klub-klub binaan hingga pernah kita ikutkan pelatihan ke Liverpool, kini Supriyadi sudah menjadi pemain yang profesional di tanah air ini,” kata dia.
Ia juga berharap dengan adanya diklat dan banyaknya pelatihan seperti pelatihan sepak bola daring yang dilakukan Tranmere Rovers FC (TRFC) beberapa waktu lalu, dapat menjadi penyemangat baru dan bisa menginspirasi dunia persepakbolaan di Surabaya. Alhasil, sepak bola ini menjadi ikon di Kota Surabaya ini.
“Sekarang ini kita masih menggelar Diklat Sepak Bola, namun ke depan Bapak Wali Kota ingin menggelar diklat basket, volly dan cabang olahraga lainnya. Jadi, olahraga yang benar-benar diminati oleh masyarakat, kita aplikasikan dalam bentuk diklat semacam ini,” tegasnya.
Sementara itu, Hanafing Koordinator Tim Seleksi mengatakan tujuan diklat ini untuk mencetak pemain-pemain terbaik yang ada di Kota Surabaya. Bahkan, ia juga menargetkan anak-anak yang tergabung dalam diklat ini bisa menjadi timnasnya Kota Surabaya.
“Jadi, kita mengarah ke sana, sehingga kalau nanti ada seleksi timnas, anak-anak ini mudah ke sana,” kata Hanafing.
Ia juga memastikan bahwa dalam diklat nanti akan membuat program Filanesia atau filosofi sepak bola Indonesia. Program inilah yang ada di timnas Indonesia saat ini, karena dia juga terlibat di dalamnya.
“Jadi, itu yang kita tanamkan sejak usia muda. Kenapa kita buat diklat? Karena memang banyak klub-klub di Surabaya yang belum memberikan sistem pembinaan yang Filanesia. Ini yang belum banyak dipahami oleh anak-anak kita,” kata dia.
Hanafing menegaskan, jika salah melakukan pembinaan di usia 13 dan 15, maka anak-anak berbakat itu akan sulit menjadi pemain hebat. Sebab, sepak bola sekarang berbeda dengan sepak bola dulu yang selalu mengandalkan bakat, tapi kalau sekarang mengandalkan teknologi.
“Sepak bola sekarang adalah pengetahuan. Kalau anak-anak bertalenta muda ini tidak dibekali pengetahuan sepak bola yang benar, ya sudah tidak mungkin menjadi pemain hebat. Nah, pengetahuan sepak bola itulah yang akan kami bangun dalam diklat ini. Jadi, kita akan buat program jangka panjang dan mereka akan kami bina,” tegasnya. (man/ipg)