Sabtu, 23 November 2024

Kendala Ekspor UMKM Masih Berputar pada Keterbatasan Kontainer

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Pelayanan yang dilakukan di pelabuhan milik Pelindo III. Foto: Antara

Kelangkaan kontainer yang terjadi sejak pertengahan tahun 2020 masih terus terjadi hingga saat ini. Akibatnya, aktifitas ekspor terkendala dan banyak produk ekspor yang kehilangan akses pengiriman ke luar negeri. Begitu juga produk UMKM yang oleh pemerintah sedang didorong untuk masuk ke pasar global.

Hengky Pratoko Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DPW Jatim mengatakan, kondisi bisnis ekspor di Jatim saat ini cukup mengkhawatirkan. Padahal, pelaku UMKM memiliki semangat tinggi untuk meningkatkan produksi dan kualitas produknya. Pemerintah daerah juga terus memberikan pembinaan agar bisnis UMKM dapat terus berkembang.

Namun, akses pengiriman ke luar negeri harus terkendala kelangkaan jumlah kontainer yang tersedia.

Hengky menjelaskan, saat ini banyak terjadi penumpukan kontainer di Eropa hingga Amerika. Perusahaan pelayaran (shipping line) di negara-negara tersebut ramai-ramai menarik kembali kontainer yang mereka miliki tanpa membawa muatan produk ekspor Indonesia.

“Masalahnya shipping line banyak yang menarik armadanya di operasional. Ini supply dan demand jelas jomplang. Makanya kenaikan harga bisa sampai 10 kali lipat. Ini dagang internasional bukannya mendatangkan devisa lagi, ini seperti jual sapi jual rumah,” kata Hengky kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (7/10/2021).

Masalah ekspor dan keterbatan kontainer ini sebenarnya bisa diusahakan dengan tambahan biaya pengiriman. Namun, space kapal juga akan menyusut karena ada kontraksi ekonomi dunia yang berebut kontainer ini. Apalagi dari segi lonjakan biaya pengiriman, Hengky menyebut sudah melonjak hingga 5-10 kali lipat.

Namun, ia mengatakan kelangkaan kontainer tidak semata-mata hanya persoalan pengawasan, namun juga dugaan monopoli kartel oleh para shipping line di Eropa dan Amerika. Mengingat kelangkaan kontainer tak hanya menimpa Indonesia, tetapi juga menimpa banyak negara di dunia terlebih selama pandemi Covid-19.

Kelangkaan kontainer itu bukan hanya secara harfiah kontainernya tidak tersedia, tapi lebih kepada supply shortage yang menyebabkan freight rate-nya naik secara signifikan sehingga terjadi ketidakseimbangan aktivitas ekspor dan impor.

“Kelangkaan kontainer ini berkaitan dengan shipping line, kalau mereka narik (kontainernya) kita bisa apa? Kontainer saja tapi supply shortage bagaimana? Kita tidak bisa apa-apa karena kita bukan pemain besar di sana,” ungkapnya.

Sehingga, ia mendesak pemerintah untuk segera mencari soluasi atas permasalahan kontainer yang selama ini menghantui aktifitas logistik di Indonesia. Salah satunya dengan melakukan kerjasama bilateral antar negara, atau dengan mengajak negara-negara lain di ASEAN yang mengalami ‘nasib’ serupa untuk membawa masalah ini ke World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia.

“Usulan kita membawa ke Kadin Pusat atau Presiden bahwa sudah terjadi kartel di bisnis pelayaran. Kalau confident (percaya diri) membawa ke WTO. Kalau tidak cukup confident mengajak negara-negara lain yang mengalami nasib yang sama,” kata Hengky.(tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs