Sabtu, 23 November 2024

Ledakan Konten, Munculnya Peluang Ekonomi di Tengah Pandemi

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan

Selama pandemi, pola kehidupan dan ekonomi masyarakat berubah cukup drastis.

Kaum muda atau lulusan baru kesulitan mencari pekerjaan karena banyak perusahaan meminimalisir anggaran bahkan mengurangi karyawan.

Belum lagi mereka yang kesulitan ekonomi karena pekerjaan yang mengharuskan bertatap muka.

Alhasil, pekerjaan yang bisa menjadi alternatif pilihan adalah menjadi pencipta konten atau content creator.

Profesor Rhenald Kasali pendiri program Doktor Ilmu Strategi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang menyampaikan itu.

Menurutnya, pembuat konten kebanyakan bekerja secara independen.

Saat ini, banyak orang yang gandrung dengan konten di YouTube, maupun kanal lain di media sosial.

Selama pandemi Covid-19 2020 lalu saja, pendaftaran content creator di SociaBuzz meningkat hingga tiga kali lipat.

Bahkan, saat ini content creator sudah menjadi pekerjaan yang menjanjikan karena bisa menghasilkan pendapatan.

Baik melalui sponsor maupun iklan (advertising) berdasarkan jumlah penonton atau pengikut.

“Salah satu pilihan yang cukup besar adalah menjadi content creator dan mereka sangat diminati, baik sebagai artis, narsum, maupun supporter. Tenaga ini sangat dibutuhkan dan jumlahnya sangat banyak,” katanya kepada Radio Suara Surabaya.

Banyak masyarakat berminat mengikuti konten dalam bentuk video.

Di Indonesia sendiri, lebih dari 80 persen pengguna internet menghabiskan waktunya untuk menonton konten video.

Penonton instagram stories meningkat 6 kali lipat dan variasi jumlah hashtag bertambah 21 persen.

Rhenald menambahkan, social media engagement juga meningkat 61 persen dalam gelombang pandemi awal 2020 lalu.

Pengguna TikTok pun meningkat 20 persen pada 2020 dan rata-rata menonton lebih dari 100 video, dan membuka TikTok lima kali sehari.

“Bisa dibayangkan seperti apa pentingnya dan dominannya content maker di Indonesia,” kata Rhenald.

Ia menambahkan, sebagian besar pembuat konten di dunia itu adalah generasi Z yakni sekitar 51,56 persen.

“Mereka adalah anak-anak kita yang usianya masih begitu belia,” tambahnya.

Menurut Rhenald, ada 5 kategori konten yang banyak diminati masyarakat selama pandemi Covid-19.

Pertama, konten gaya hidup (lifestyle) berkaitan dengan fesyen, kecantikan, kesehatan dan travel.

Kedua, konten kuliner. Diikuti paling banyak diminati berikutnya, konten edukasi.

Keempat, konten tips sehari-hari dan Do It Yourself. Kelima adalah konten video memasak, belajar memasak, dan life hack.

Rhenald mengatakan, saat ini menjadi penyedia atau pembuat konten adalah pekerjaan yang punya peluang ekonomi yang besar.

Sebabnya, pekerjaan ini bisa menampung anak-anak muda untuk terus berkreasi selama pandemi.

Di sisi lain, menjadi content creator juga menjadi tantangan, karena membuat konten tidak semudah seperti dibayangkan.

Jika kurang mengetahui strategi dan kurang berkreasi, maka akan sedikit penonton dan pengikut yang terjaring.

Hal itu membuat potensi konten untuk menghasilkan keuntungan juga semakin kecil.

“Ini yang perlu kita waspadai, Karena ini turut membantu ekonomi sebenarnya, membantu kaum muda agar mereka mampu menggerakkan ekonomi. Sayangnya belum bisa memperoleh pendapatan kalau mereka belum mendapat jumlah penonton atau followers dalam jumlah besar,” kata Rhenald.(tin/den/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs