Festival film Europe on Screen (EoS) mengumumkan delapan film pendek se-Indonesia yang bisa berkesempatan untuk mendapatkan dana produksi parsial dari Europe on Screen, SAE Indonesia, serta hadiah eksklusif dari Kemala Home Living melalui ajang Short Film Pitching Project (SFPP) tahun ini.
“Melalui SFPP, kami ingin menunjukkan komitmen Europe on Screen dalam mendukung generasi muda pembuat film di Indonesia,” kata Meninaputri Wismurti festival co-director EoS, Jumat (24/9/2021).
Short Film Pitching Project adalah ajang kompetisi yang pertama kali dimulai pada Europe on Screen 2018, untuk memberikan ruang serta kesempatan bagi para pembuat film muda di Indonesia dalam berkarya.
Para finalis yang terpilih dari berbagai daerah di Indonesia juga mendapatkan bimbingan dari para praktisi perfilman Indonesia dalam proses pembuatan filmnya.
Tidak hanya diputarkan di Indonesia, jebolan Europe on Screen: Short Film Pitching Project berhasil menayangkan filmnya di festival film di luar negeri seperti “Lasagna (Eve Without Adam)” yang berhasil ditayangkan di festival film internasional di Nepal, Kolombia, dan Kanada.
“Selain itu, EoS 2021: SFPP bisa menjadi jembatan bagi para filmmaker muda Indonesia untuk bertukar ide dengan para pembuat dan ahli film lainnya terutama di Eropa. Kami ingin mendukung kemungkinan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di Eropa terkait industri film,” kata Nauval Yazid festival co-director EoS.
Berikut adalah 8 ide dari 152 submisi presentasi film pendek yang terpilih dalam EoS 2021: SFPP:
“Bibir Merah Siapa yang Punya” (Pontianak), “Catch to Release” (Jakarta), “Frikadeller” (Bandung), “Irama Rama” (Surabaya), “Mr Boulanger” (Jakarta), “Potion 77” (Jakarta), “Santa Koes” (Tangerang Selatan), dan “What Ceti Does (Riwayat Ceti)” (Bogor).
Tiga praktisi perfilman Indonesia yang terpilih menjadi juri dalam acara tahun ini ialah sutradara “Sekala Niskala”, pemenang penghargaan Grand Prix of the Generation Kplus International Jury dalam ajang Berlinale International Film Festival 2018 dan juga lulusan Berlinale Talents 2018 Kamila Andini; sutradara “The Science of Fictions”, pemenang penghargaan Golden Leopard-Special Mention dalam perhelatan Locarno International Film Festival 2019 Yosep Anggi Noen; dan produser film “The Science of Fictions” yang juga terpilih untuk diputarkan di International Film Festival Rotterdam 2020 Edwin Nazir.
“Film pendek menjadi kesempatan yang bagus untuk para pembuat film, terutama pemula, untuk mengeksplorasi gaya bertutur cerita, juga estetika ide dan visi mereka,” jelas sutradara Yosep Anggi Noen, seperti dilansir Antara.
“Menjadi diri sendiri dalam seni berbicara sangat penting dalam sesi pitching bersama investor film. Visi dan perspektif yang jelas akan narasi film yang akan dibuat, ditambah gagasan atau karakter personal yang mewakili kreatornya, membantu seorang pembuat film dalam mempresentasikan filmnya,” imbuh Kamila Andini, yang film pendeknya, Memoria, berhasil ditayangkan dalam Berlinale International Film Festival tahun 2019.
Produser Edwin Nazir menambahkan, melalui sesi Europe on Screen 2021: Short Film Pitching Project, pembuat film diajak untuk berlatih mempresentasikan idenya ke partner potensial.
“Semoga, ajang ini dapat menjadi pemantik bagi mereka untuk mempresentasikan idenya ke investor film, di pasar film internasional lainnya, sehingga ekosistem film Indonesia terus berputar,” katanya.(ant/ipg)