Sabtu, 23 November 2024

Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia Hadapi Darurat Energi dan Iklim

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Jokowi Presiden mengikuti Major of Economies on Energy and Climate 2021 secara virtual dari Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/9/2021) malam. Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden mengatakan, di tengah kondisi darurat sektor energi dan iklim dunia, kerja sama banyak negara menjadi faktor penting untuk mengatasi permasalahan.

Menurut Jokowi, permasalahan krisis sumber energi dan perubahan iklim global harus direspon dengan aksi bersama negara-negara di berbagai belahan dunia.

Pernyataan itu disampaikan Presiden RI, Jumat (17/9/2021) malam, dalam pidatonya pada pertemuan Major Economies Forum on Energy and Climate 2021, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

“Saat ini, dunia tengah menghadapi situasi sulit dalam sejumlah sektor, termasuk sektor energi dan iklim. Situasi sulit tersebut tidak dapat ditangani oleh satu negara saja, melainkan dibutuhkan aksi bersama dalam skala global,” ucapnya.

Di hadapan Joe Biden Presiden Amerika Serikat dan delapan kepala negara/kepala pemerintahan negara lain, Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi menghadapi darurat energi dan iklim.

“Di sektor energi, Pemerintah Indonesia mencanangkan transformasi menuju energi baru terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau mulai bulan Agustus 2021,” tegas Jokowi.

Untuk mewujudkan transformasi itu, Pemerintah Indonesia sudah menyusun strategi migrasi pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru terbarukan.

Kemudian, mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan serta melaksanakan efisiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik.

Lebih lanjut, Jokowi Presiden mengungkapkan Indonesia sudah menargetkan netral karbon (Net Zero) pada tahun 2060, dengan kawasan percontohan yang masih dikembangkan.

Termasuk pembangunan Green Industrial Park terbesar di dunia seluas 20 ribu hektare, di daerah Kalimantan Utara.

Terkait transisi energi, Jokowi mengungkapkan kemitraan global sangat diperlukan karena negara-negara berkembang butuh pembiayaan dan teknologi yang terjangkau.

“Indonesia membuka peluang kerja sama dan investasi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, kendaraan listrik, teknologi carbon, capture, and storage, energi hidrogen, kawasan industri hijau, dan pasar karbon Indonesia,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Jokowi menyatakan dukungan pada Global Methane Pledge atau ikrar aksi bersama untuk mengurangi 30 persen emisi metana global pada tahun 2030.

“Global Methane Pledge bisa jadi momentum penguatan kemitraan dalam mendukung negara berkembang,” timpalnya.

Sekarang, Indonesia tercatat sudah bergabung dalam Global Methane Initiative bersama Amerika Serikat dan 45 negara lainnya.

Jokowi menegaskan, pengurangan emisi metana sudah masuk dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.(rid/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs