Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Jawa Timur optimistis realisasi ekspor melalui program Export Center Surabaya (ECS) bersama Kementerian Perdagangan melampaui target awal.
“Sampai Agustus 2021, realisasi ekspor melalui ECS sekitar 70 juta Dolar AS dan sampai akhir 2021 kami optimistis bisa mencapai 100 juta Dolar AS dari target sebesar 64 juta Dolar AS. Ini adalah hasil kerja bersama antar Kadin Jatim, Rumah Kurasi, dan Pemprov Jatim,” ujar Adik Dwi Dwi Putranto melalui keterangan tertulis di Surabaya, Jumat (10/9/2021).
Menurutnya, ada sekitar 100 eksportir baru yang telah melakukan ekspor melalui ECS. Sebagian besar komoditas yang di ekspor di antaranya komoditas furniture, makanan dan minuman atau mamin, kerajinan, emas perhiasan serta minyak jelanta.
“Adapun negara tujuan ekspor terbesar adalah ke Amerika, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia,” tambahnya.
Menurut Adik, sebenarnya masih ada banyak pelaku usaha yang memiliki potensi besar untuk melakukan ekspor tetapi hingga saat ini belum terealisasi karena berbagai faktor, salah satunya adalah pelaku usaha batik.
“Sudah ada pembeli dari hawai dan Afrika tetapi mereka ingin bahan yang digunakan bukan katun karena akan dipakai di pantai, sementara biasanya batik itu berbahan dasar kain katun. Ini masih dalam perbincangan. Ada juga komoditas yang potensial dan layak ekspor tetapi masih dalam proses, diantaranya adalah komoditas agro atau hortikultura, fashion dan skincare,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional dan Promosi Luar Negeri Kadin Jatim Tommy Kayhatu disela Rapat Pimpinan Provinsi (Rapimprov) Kadin Jatim, Kamis (9/9/2021) mengungkapkan bahwa seluruh target ECS yang diberikan sepenuhnya telah terealisasi.
“Tidak hanya nilai ekspor yang tercapai, tetapi target yang lain seperti jumlah konsultasi yang diberikan kepada pelaku ekspor, jumlah pelaku usaha yang mendapatkan informasi dan pembeli luar negeri melalui ECS, hingga kenaikan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal atau SKA preferred tariff yang digunakan pelaku usaha juga sudah mencapai 16,57 persen dari target yang hanya 5 persen,” ujar Tommy.
Sementara itu, data Pemprov Jatim menyatakan bahwa pada tahun 2021 kinerja ekspor Jatim telah menunjukkan perbaikan dibanding tahun 2020. Hingga Semester I/2021, total nilai ekspor Jatim ke berbagai negara mencapai Rp 166,23 triliun. Sementara nilai impor pada periode yang sama tercatat mencapai Rp 197,78 triliun.
“Sehingga nilai neraca perdagangan luar negeri Jatim pada semester I/2021 masih mengalami defisit sebesar Rp 31,55 triliun. Untuk itu, perlu kerja keras bersama agar defisit bisa semakin mengecil, salah satunya dengan menggenjot ekspor melalui program ECS,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sejauh ini, kolaborasi dan sinergitas Pemprov Jatim dengan Kadin Jatim sudah terbentuk cukup bagus, mulai dari peningkatan sektor perdagangan, pariwisata, investasi, hingga peningkatan kualitas SDM.
“Ada sejumlah kegiatan yang menjadi prioritas Pemprov guna meningkatkan laju ekspor, diantaranya adalah pengembangan industry, mulai dari diversifikasi produk, fasilitasi pengembanan produk hingga pebentukan industry halal. Selain itu, ada juga peningkatan standarisasi dan desain produk industry serta peningkatan teknologi IKM. Harapannya, agar nilai ekspor bisa terus dipacu,” ujar Khofifah.(iss/den)