Khadijah Salsabila Novandar, bayi cantik berusia 22 bulan harus menghadapi cobaan berat, karena memiliki penyakit jantung bawaan (PJB). “Bulan puasa lalu saya bawa ke dokter di Rumah Sakit dr. Soetomo. Diagnosis dokter dengan PJB yang dimiliki Salsabila harusnya Salsabila sudah tidak ada umur,” ujar ayahanda Salsabila, Musro Iskandar.
Meski divonis tak akan bertahan lama, semangat hidup Salsabila yang cukup tinggi, berimbas pada anatomi tubuh balita kelahiran 28 Oktober 2019 itu. Dari hasil diagnosis dokter didapati jika Salsabila membentuk pembuluh darah sendiri untuk aliran darah jantungnya.
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart disease adalah kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengganggu aliran darah dari dan ke jantung, sehingga bisa berakibat fatal.
Salsabila sendiri didiagnosis PJB sejak berusia 1 bulan. Setiap bulan Musro rutin membawa Salsabila check up di rumah sakit di Yogyakarta. Namun adanya pandemi pada Maret 2020 lalu, Musro tak bisa lagi membawa Salsabila check up. Situasi yang kian sulit akibat pandemi memaksa Musro kembali ke Surabaya.
Kini Salsabila harus menjalani operasi demi kesembuhannya. Tahap pertama yang harus dilalui balita mungil ini adalah operasi kateterisasi jantung. Ini adalah prosedur yang bertujuan untuk mendeteksi dan mengatasi berbagai penyakit jantung dengan menggunakan kateter.
“Jadi dengan kateterisasi ini nanti untuk menentukan penanganan lanjutan yang harus dilakukan pada Salsabila,” imbuh Musro.
Yang menjadi masalah, kata Musro, operasi kateterisasi yang harus dijalani Salsabila dengan fasilitas BPJS tak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Jika ingin cepat dilakukan operasi kateterisasi, Musro harus mengeluarkan biaya sendiri.
“Dokter belum bilang biayanya, tapi di Soetomo juga tidak bisa dalam waktu dekat dilakukan operasi kateterisasi. Makanya saya cari-cari info di rumah sakit swasta sekalian ngumpulin uang untuk operasi. Kondisi Salsabila tidak bisa menunggu lama untuk tindakan kateterisasi. Berat badannya terus turun meski makannya banyak,” beber pria yang tinggal di kawasan Gubeng Kertajaya ini.
Salah satu upaya yang dilakukan Musro untuk biaya operasi sang buah hati adalah melelang jersey pemain Persebaya yang dimilikinya.
“Saya punya jersey M. Syafiuddin, lengkap dengan tanda tangannya. Jersey itu saya dapatkan tahun 2019 lalu. Itu yang mau saya lelang,” ujar pria yang mengaku Bonek (julukan suporter Persebaya) ini.
Di tengah upaya Musro berjuang demi kesembuhan sang buah hati, terselip niatan mulia untuk berdonasi kepada anak-anak yang juga memiliki nasib seperti Salsabila.
“Jadi hasil dari lelang itu nanti selain untuk Salsabila, juga akan saya donasikan kepada anak-anak panti asuhan di Manukan dan anak-anak yang bernasib seperti Salsabila,” tukasnya.
Sementara itu salah satu pentolan Bonek, Cak Tulus, mengungkapkan lelang jersey tersebut akan dilakukan oleh Surabaya Jersey Community (SJC).
“Teman-teman Bonek sangat antusias untuk membantu dan sudah tidak sabar menanti pelaksanaan lelang. Mudah-mudahan bisa dilakukan secepatnya dan bisa meringankan beban Cak Musro,” harapnya. (man/ipg)